MENYEMBAH ALLAH DALAM ROH DAN KEBENARAN
Yohanes 4 : 21 - 26oleh: Pdt. Ellen Lazarus, S.Si (Teol)
Saudaraku yang dikasihi Tuhan..........
Setiap agama mempunyai cara untuk mendekatkan diri kepada yang dipercaya sebagai Yang Maha kuasa. Setiap agamapun mempunyai tata cara beribadah yang dilakoni sebagai tradisi, dan setiap agama mempunyai tempat penyembahan yang dipercayai sebagai wadah untuk berjumpa Tuhannya. Itu pulalah yang nampak dalam kehidupan keagamaan orang Israel dan orang Samaria (keturunan campuran Israel dan asyur). Dalam suatu percakapan antara Yesus dan perempuan Samaria di sumur Yakub, perempuan ini berkata: “nenek moyang kami menyembah di atas gunung ini (gunung Gerizim), tetapi kamu katakan, bahwa Yerusalemlah tempat orang menyembah” (Yoh 4 : 20).
Penekanan dalam penyembahan yang diungkapkan perempuan Samaria adalah pada tempat penyembahan artinya masing-masing pihak mengklaim bahwa tempat penyembahan merekalah yang paling benar tetapi apakah Allah yang disembahnya itu adalah Allah yang benar? Apakah mereka mengenal Allah mereka dan mempercayai-Nya sebagai Tuhan dan juruselamat mereka? Israel menyembah Allah yang hidup dan Samaria mencampur adukan kepercayaan kepada Allah dan berhala-berhala orang Asyur.
Ini menunjukan bahwa tidak adanya pengenalan akan Allah sebab Jika orang Samaria betul-betul mengenal Allah, mereka tidak akan pernah mencampuradukan kepercayaan mereka antara Allah dan berhala-berhala mereka. Karena itu Yesus katakan:
kamu menyembah apa yang tidak kamu kenal tetapi kami menyembah apa yang kami kenal bahwa keselamatan datang dari orang Israel.
(Mesias datang dari orang Israel)
Israel mengenal siapa Allah mereka. Dia yang telah menuntun dan memelihara mereka di masa lalu, saat itu dan dimasa yang akan datang. Ia tetap sama, “Yang Maha Kuasa”.
Saudaraku yang dikasihi Tuhan....Jika Israel dan Samaria hanya fokus pada tempat penyembahan berarti Israel dan Samaria sama-sama mengkerdilkan kuasa Allah pada hal Allah adalah Roh yang tidak dibatasi oleh ruang dan waktu. Oleh karena itu, Tuhan Yesus mengajarkan tentang penyembahan yang benar. Penyembahan kepada Allah bukanlah soal tempat dan bukan pula soal syarat atau ritual dalam penyembahan melainkan :
penyembahan kepada Allah harus lahir dari hati yang mengenal Allah dan mengasihi-Nya. Penyembahan kepada Allah harus lahir dari hati yang mempercayai dan menghormatiNya dan penyembahan kepada Allah harus dilakukan di dalam Roh dan kebenaran dengan melibatkan segenap hidup kita atau eksistensi kita (tubuh, jiwa dan Roh) seperti kata Firman : “kasihilah Tuhan Allahmu dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap kekuatanmu”
(Ulangan 6 :5).
Yesus berkata : Saatnya akan tiba, bahwa penyembah-penyembah benar akan datang dan menyembah dalam Roh dan kebenaran. Siapakah penyembah-penyembah benar yang dimaksudkan Yesus? Mereka adalah orangorang yang tidak lagi fokus pada tradisi keagamaan atau memusatkan perhatian pada sesuatu yang bukan Allah melainkan telah menerima pencurahan Roh Kudus dan memberi diri dipimpin oleh Roh Kudus serta hidup berpusat pada Kristus. Orang-orang seperti inilah yang akan menghasilkan perbuatan kebenaran. Perempuan Samaria menjadi model bagi kita. Ia seorang berdosa yang telah dilawat oleh Tuhan karena menantikan Mesias dan menerima Yesus sebagai Tuhannya. Ia berkata : “aku tahu Mesias akan datang, yang disebut juga Kristus, apabila Ia datang, Ia akan memberitahukan segala sesuatu kepada kami” dan pada saat itu juga Yesus memperkenalkan diri secara jelas kepadanya : “Akulah Dia”. ketika perempuan Samaria menerima Yesus sebagai Tuhan dan juru selamat, saat itu juga dia dibenarkan dan diselamatkan. Hidupnya bukan lagi berdasarkan kedagingan melainkan Ia telah menjadi penyembah-penyembah benar yang menyembah Allah di dalam Roh dan kebenaran.
Bagaimana dengan kita?
Apakah kita memandang Tuhan kita seperti perempuan Samaria yang awalnya tidak mengenal Tuhan dan yang berpikir untuk mengkerdilkan kuasa Tuhan dengan membatasi-Nya pada ruang lingkup tertentu? Apakah kita juga berpikir bahwa Tuhan hanya ada di dalam gereja dan tidak ada ditempattempat yang lain seperti di rumah, kantor, tempat usaha dan lain-lain sehingga perbuatan kebenaran hanya ada di dalam lingkup gereja sedangkan di tempat lain tidak harus melakukan kebenaran? Apakah juga ibadah kita hanya sekedar upacara tanpa makna atau kita betul-betul berjumpa Tuhan lewat ibadah kita? Hidup dan kerja kita dimanapun adalah ibadah yang sejati karena itu lakukan segala sesuatu dalam kebenaran, sembahlah Tuhan dengan segenap jiwa dan perbuatan kita. Alamilah perjumpaan pribadi dengan-Nya setiap saat dan ijinkan Dia menjadi Tuhan kita maka Ia akan mengalirkan aliran-aliran air hidup yang membuat kita tidak akan pernah haus lagi.
Tuhan Yesus menolong kita untuk memahami Firman dan melakukannya.
Amin.
Untuk Informasi lainnya yang terdapat di dalam buletin, Silahkan download file pdf yang link-nya tersedia di bawah :