Sejarah Gereja

logo GKI di Tanah Papua

Sejarah GKI di Tanah Papua

Sejarah Pekabaran Injil di dunia ini berlangsung atas perintah Tuhan Yesus yang dikenal dengan Amanat Agung (Matius 28 : 19-20). Amanat untuk menyampaikan kabar Keselamatan bagi manusia inilah yang telah mengelora dalam diri, mendorong dan menyatukan pandangan dua orang tokoh Gereja dari negera Jerman dan Belanda yakni : Pendeta Johannes Gossner dan Pendeta Ottho Helldring, untuk merancang dan mewujudkan keselamatan Allah bagi bangsa Papua.

Johannes Gossner dan Ottho Helldring adalah sutradara dari sejarah keselamatan bagi manusia Papua. Pemeran utamanya adalah penginjil Carl Willem Ottow dan Johann Gotlob Geissler. Pada tanggal 25 Juni 1852, Gossner dan Heldring melepas keberangakatan kedua penginjil dari pelabuhan Rotterdam Belanda dengan kapal menuju Batavia, sebagai daerah transit pertama sebelum ke Tanah New Guenia. Mereka tiba di Batavia pada tanggal 7 oktober 1852 dan tinggal disana selama satu tahun enam bulan. Tanggal 9 Mei 1854 mereka meninggalkan Batavia menujuh Ternate dan tiba pada tanggal 30 Mei 1854. Selama delapan bulan mereka tinggal di Ternate. Pada tanggal 12 Januari 1855 , Carl Willem Ottow dan Johann Gotlob Geissler bertolak dari Ternate menujuh teluk Dore Manokwari –Mansinam yang dalam peta dunia disebut sebagai “wilayah Iblis atau dunia hitam”. Selama tiga minggu 2 hari mereka berada dalam perjalanan menuju Tanah New Guinea. Jam 06.00 pagi di hari minggu zending tanggal 5 Februari 1855, kapal yang ditumpanginya melabuhkan suah di pantai pulau Mansinam – Manokwari. “Dalam Nama Tuhan, Kami menginjakkan kaki di Tanah ini” adalah kalimat penthabisan pekabaran injil di New Guenia oleh kedua pekabar injil. setelah mengucapkan kata-kata tabisan ini, kedua penginjil masuk ke dalam semak-semak lalu berlutut disana untuk mencurahkan isi hati , berdoa kepada Tuhan, supaya mendapatkan kekuatan spritual, tenaga, terang dan kebijaksanaan, agar semua dapat dimulai dengan baik dan agar Tuhan sudih menaruh belas kasihan kepada orang-orang (Papua) kafir yang malang itu”). (Kamma,F.C.1981:46-49).

Mansinam merupakan titik awal tibanya kabar baik, Injil Kerajaan Allah, dan dari Manokwari Injil menyebar keseantero Tanah New Guenia. Tindakan Allah untuk membebaskan manusia Papua merupakan kasih Karunia-Nya semata-mata, Supaya suku bangsa yang mendiami tanah Papua diselamatkan dari belenggu penjajahan iblis yang sekian abad lamanya hidup dalam cengkaraman maut.

Sejak saat itu Injil yang adalah kekuatan Allah, merembet dari Mansinam menyusuri pantai Utara, Selatan, Timur, Barat dan ke pegunungan tengah tanah ini dan lambat-laun memutuskan mata rantai kuasa iblis dan membebaskan bangsa Papua untuk menikmati hidup yang lebih bebas, lebih baik, lebih aman, lebih damai dan mengalami hidup sejahtera diatas tanah Papua, sambil memberitakan nama-Nya ke seluruh dunia dan menantikan kedatangan Tuhan Yesus Kristus yang kedua ke dalam dunia ini.

Kronologi Singkat

1852

7 Oktober: Para Penginjil dari Badan Misi Gossner Jerman yakni Johann Geissler, Schneider dan Carl Ottow tiba di Batavia (Jakarta) mereka berangkat dari pelabuhan Rotterdam Belanda, dengan menggunakan Kapal yang bernama ABELTASMAN

1855

5 Februari: Penginjil Ottow dan Geissler tiba di Mansinam. Tiba jam 6 pagi sauh dilabuhkan dan akurat jam 9 pagi CW OTTOW dan J G Geisler menginjakkan kaki di pulau Mansinam dengan mengucapkan doa sulung mereka "IN GOTTES NAMEN BETTRATEN WIR DAS LAND" yang artinya "Dengan Nama Tuhan Kami Menginjak Tanah Ini"

1856

Rumah Misi pertama didirikan di Mansinam

1861

Penerbitan Buku Nyanyian gerejani pertama yang di terjemahkan dalam bahasa Numfoor.

1862

9 November: Penginjil Ottow meninggal dan dikuburkan di Kwawi, Manokwari

1867

1 Desember: Peresmian Gedung Gereja Pengharapan di Mansinam.

1868

1 Januari: Dua orang wanita (Sara dan Margaretha) yang biasa membantu di rumah penginjil Geissler menjadi orang Papua pertama yang dibaptis, merupakan oleh Pdt. Geis

1869

16 Agustus: Penginjil Geissler meninggalkan Mansinam kembali ke Jerman.

1870

11 Juni: Geissler berpulang dalam umur 40 tahun.

1956

26 Oktober: GKI di Tanah Papua berdiri.

Sejarah Jemaat Martin Luther Wermit

Selayang pandang jemaat GKI Martin Luther

(Dari Rehobot Ke Imanuel sampai jemaat Martin Luther)

Sejarah Panjang pekabaran Injil di Tanah Tehit merupakan satu mata rantai dalam untaian panjang rancangan Allah yang menciptakan dan mengendalikan suatu peradaban. Ketika tertentu, Tanah Tehit di tanggal 27 Januari 1927 oleh guru Jusup Jotlelly dan Fredrik Matatula telah dimenangkan bagi Kristus. Dari Werisar ke Teminabuan, injil merambat menembus dunia kekafiran di atas Tanah Tehit, merobohkan dan menghancurkan keangkaramurkaan, merombak tatanan hidup lama, membangun peradaban baru yang dikuasai oleh injil Kristus. Rehobot di tahun 1927 melalui guru Injil Jusup Jotlelly dalam pengabdiannya selama tiga bulan dilanjutkan oleh guru Injil Agustinus Watimena telah memulai Pendidikan bagi anak muda Tehit yang bangkit menjadi para penginjil handal tiga belas tahun kemudian. Melalui mereka injil menjangkau, menembus hutan belantara, sungai-sungai yang besar, daerah pegunungan di Tanah Tehit sampai kepada daerah-daerah di wilayah Maybrat. Di antara para penginjil itu terdapat dua orang pemuda Nasrit yaitu penginjil Yonadap Thesia (Angkatan pertama) dan penginjil Haja Thesia (Angkatan ketiga).

Tanah Tehit di zaman Hindia belanda telah menjelma menjadi tempat yang dilirik, menjadi salah satu pusat Pendidikan Kristen di Tanah Papua dengan didirikannya JVVS (jongens Vervolog School) dan MVVS (Mijses Vervolog School) atau sekolah gadis, juga Boswesen atau Perhutani. Di tahun 1950 perpindahan kantor pemerintah Hindia Belanda (HPB) dari Inanwatan ke Ayamaru, kemudian tahun 1954 dipindahkan lagi ke Konda, dan pada akhirnya ke Teminabuan dengan alasan isolasi jalan yang sulit dan letak Teminabuan yang trategis. Akses semakin mudah karena pekerjaan pembangunan jalan raya Teminabuan-ayamaru mulai di buka. Banyak orang berdatangan ke Teminabuan untuk bekerja. Begitu pula beberapa penduduk dari kampung Wehali (sub suku natsfa) berurbanisasi ke Teminabuan. Mereka adalah orang-orang yang telah menjadi Kristen melalui buah pemberitaan injil oleh guru injil Yohan Franz di tahun 1941. Dari Wehali mereka bermukim di Bolfala (kepala Air Koumolin) dan kemudian memilih untuk berpindah ke tepi sungai Wermit setelah berjumpa dengan bapak Dominggus Thesia dan guru Injil Gasper dalam suatu perburuan hewan di daerah sekitar Bolfala. Beberapa marga suku natsfa itu ialah marga Kehek di bawah pimpinan bapak Ngersae atau bapak Yeremias Kehek, marga Sabru, marga Karsao, marga Majesfa, marga Maga, marga Bauk dan marga Sesa.

Saat mereka tiba di Srit (Wermit) daerah ini hanya di huni oleh para pekerja boswesen sedangkan suku Nasrit sendiri masih bermukim di Seyolo.

Di Srit, suku Nasfa berbaur dengan para pegawai Boswesen (perhutani) yang telah lebih dahulu mendiami base camp di Sahrei. Para pegawai Boswesen kebanyakan berasal dari suku maybrat dan kais diantaranya ialah bapak Ayub Ambaho, Yusuf Baho, Soter Tenau, Yance Tigori, Daniel Tigori, Moses Sani, Yohada Sani, Yakob Kocu, Klaswat dan yang lainnya dimana tempat mereka telah menjadi pos pertama peribadahan berlangsung yang disebut pos pelayanan Srit. Suku natsfa dan para pekerja boswesen adalah orang-orang yang telah memulai peribadahan di kampung Srit yang sekarang di sebut Wermit. Tentunya mereka yang bekerja adalah juga umat Tuhan yang membutuhkan sentuhan pelayanan.Oleh karena itu Selama dua tahun mereka beribadah dijemaat Rehobot dengan jarak tempuh yang jauh. Pada tahun 1952 atas permintaan bapak Yunus Kehek kepada ketua jemaat Rehobot, ditetapkanlah sebuah wijk di Srit yang disebut wijk Srit. Tahun 1955 dalam sidang jemaat Rehobot, wijk Srit dinaikan statusnya menjadi pos Pelayanan Srit dengan tempat ibadah sementara di Sahre base camp Boswesen (perhutani), hal ini berlangsung lama sampai didirikannya sekolah darurat yang mempunyai kegunaan ganda, pada hari senin sampai sabtu dijadikan sekolah tempat belajar sedangkan pada hari minggu digunakan sebagai tempat beribadah. Pada tahun 1961 pos pelayanan Srit dinaikan status lagi menjadi bakal jemaat Srit. Mulailah dibangun tempat ibadah khusus yang atapnya terbuat dari daun kelapa, berdinding gaba dan berlantai gagar. Bersama para pekerja di Boswesen, para penduduk suku Natsfa dan orang Nasrit yang telah berpindah dan menetap di Srit (Wermit), mereka beribadah kepada Tuhan. Beberapa marga dari suku natsfa antara lain marga Thesia di bawah pimpinan bapak Sarles Thesia, marga Wamblesa, Saflesa, Selaya dan Flasau.

Di tempat yang sederhana ini, jemaat memulai segalanya, jemaat bertumbuh dalam iman oleh pengajaran para guru jemaat dan pendeta yang mengabdikan diri mereka bagi Tuhan.

Majelis pertama yang diteguhkan sebagai pelayan pada Pos Pelayanan Srit ialah bapak Yunus Kehek, anak dari bapak Yeremias Kehek (pemimpin rombongan suku nastfa) bersamanya majelis Yermias Yumame, majelis Kaleb Sabru dan majelis Saul Sabru yang tercatat juga sebagai majelis pertama di jemaat Imanuel Srit. Ada dua pegawai boswesen yang turut andil dalam pembangunan wijk dan pos pelayanan Srit ialah Majelis Sahureka dan majelis Moses Sani adalah juga majelis pertama dijemaat Imanuel Srit

Di tahun 1971 ketika itu terjadi perubahan struktur organisasi gereja dari resort Teminabuan menjadi klasis Teminabuan dan di tahun itu juga melalui keputusan sidang jemaat Klasis yang diketuai oleh guru jemaat Marten Momot, maka bakal jemaat Srit dinaikan statusnya menjadi jemaat mandiri yang diberi nama jemaat Imanuel Wermit. Beberapa pelayan yang diperbantukan melayani di jemaat Imanuel ialah grj. Welem Mambor didampingi oleh pnt. Solisa Momot, pdt. Ruben Rumbiak dan pdt. Siswoyo. Menurut kabar burung yang diperoleh, jemaat Imanuel ditahbiskan pada tanggal 14 september 1971 (bulan dan tahun sudah pasti namun tanggal berdirinya jemaat masih simpang siur). Setelah melalui seminar sejarah pekabaran injil tanggal 1 september 2022 dengan mempertimbangkan letak hari minggu di tahun 1971 yang jatuh pada tanggal 19 September maka seluruh peserta yang hadir dalam Seminar Sejarah Pekabaran Injil sepakat dalam doa dan di tetapkan dalam sidang ke-19 Jemaat GKI martin Luther Wermit pada tanggal 1 Desember 2022 bahwa hari ulang tahun jemaat Imanuel adalah pada hari minggu, 19 September 1971.

Atas kebijakan Ketua Klasis Teminabuan grj. Marten Momot maka dipanggilah penginjil Haja Thesia dari kampung Sembaro di Maybrat untuk bertugas sebagai pelayan Firman sekaligus ketua majelis jemaat pertama di tengah jemaat GKI Imanuel Srit.

Pada sidang Klasis tahun 1982, yang diketuai oleh pendeta Kristian Rahantoknam, jemaat Imanuel di ubah namanya menjadi jemaat Marten Luther Wermit dan pada sidang jemaat GKI Marten Luther Wermit tahun 2020 yang diketuai oleh pdt. Ellen Lazarus, S.Si (Teologi) diputuskan reposisi nama Marten Luther Wermit menjadi jemaat GKI Martin Luther Wermit sesuai nama tokoh refermator dan digunakan sampai saat ini.

Jejak para pelayan Firman yang dalam waktu Tuhan telah melayani dengan pengabdian diri di tengah jemaat GKI Imanuel sampai kepada jemaat GKI Martin Luther Wermit menjadi kisah tak terhapus dari ingatan jemaat diantaranya : gri. Haja Thesia, Gri. Yohanes Salambauw, Grj. Yoppy Fenanlaber, Pdt. Yohana Tetelepta, S.Th, Gri. Adrianus Thesia, Grj. Hermanus Thesia, Grj. Elieser Majesfa, Pdt. Rinelda Komul, S.Th, Pdt. J.B. Griapon, Pdt. Hilda Maelissa, S.Si (Teol), Pdt. TresyaTanamal, S.Th, dan Pdt. Ellen Lazarus, S.Si (Teol).

Syukur yang tak terhingga bagi-Mu Tuhan Pelukis sejarah hidup kami Yang Maha Agung, segala kemuliaan hanya bagi-Mu hari ini dan sepanjang hidup kami.