ANAK PERHAMBAAN DAN ANAK PERJANJIAN
Galatia 4 : 21 - 31Khotbah BP Am Sinode
Saudaraku yang dikasihi Tuhan..........
Paulus mengambil cerita dalam Perjanjian Lama mengenai: Abraham, Sara, Hagar, Ismael dan Ishak sebagai gambaran untuk mengemukakan pandangannya. Cerita ini menunjukkan bahwa Ismael diperanakan menurut daging, sedangkan Ishak menurut janji Allah. Sara adalah perempuan merdeka, Hagar adalah seorang hamba perempuan. Paulus menjadikan cerita ini sebuah kiasan. Hagar menjadi kiasan untuk Perjanjian Lama dalam hukum Taurat yang disampaikan di gunung Sinai, di tanah Arab, yaitu tanah keturunan Hagar.
Anak Hagar lahir atas kehendak manusia, maka mentaati hukum Taurat, menjadi cara terbaik bagi manusia. Sebaliknya Sara menjadi kiasan untuk Perjanjian Baru dalam Kristus. Perjanjian Baru adalah cara baru yang dipakai Allah untuk bersekutu dengan manusia. Cara ini tidak melalui hukum Taurat, melainkan melalui anugerah, melalui Yesus Kristus. Anak Sara dilahirkan sebagai anak merdeka sesuai janji Allah. Semua keturunanya adalah orang-orang merdeka. Meskipun cerita ini aneh bagi kita namun terkandung kebenaran yang besar. Orang yang membuat hukum Taurat sebagai pegangan hidupnya, memiliki martabat seorang hamba. Orang yang berpegang teguh pada anugerah Allah, ia akan merdeka, bahkan sudah menjadi orang merdeka. Yang membenarkan kita di hadapan Allah bukan pelaksanaan hukum Taurat, tetapi kuasa dari kasih Allah.
Hagar dan Sara, Ismael dan Ishak adalah kiasan atau gambaran tentang dua perjanjian yang dibuat Allah sendiri. Hagar dan Ismael mewakili Taurat dalam Perjanjian Lama. Sedangkan Sara dan Ishak mewaliki janji anugerah Allah dalam Perjanjian Baru. Orang Yahudi hidup di bawah hukum Taurat tetapi mereka tidak melakukannya. Kekristenan ahir dari janji Allah dari garis iman Perjanjian Lama dalam diri Abraham, Sara, dan Ishak. Itu berarti kekristenan berpusat pada Yesus Kristus (Yoh 3:16) dan Injil (Rm 1:16,17).
Kita tidak hidup di bawah hukum Taurat, tetapi dibawah Injil yang ersumber pada Kristus. Kita harus menghindari moralitas orang Yahudi terhadap Taurat. Injil jangan hanya menjadi simbol, menjadi kiasan kekristenan tanpa makna. Injil jangan digunakan sebagai topeng yang melindungi kebebasan duniawi dan dosa kita. Kita tidak boleh bangga menjadi Kristen dan orang yang memiliki Injil. Tetapi kita harus bertanggung jawab hidup menurut Injil dan melakukan Injil. Karena Injil adalah identitas anak-anak perjanjian. Kita adalah anak-anak perjanjian, bukan anak-anak perhambaan atau anak-anak daging. Jangan kita mau diperhamba atau diperbudak oleh Taurat baru yang diciptakan manusia. Jangan kita mudah disesatkan oleh berbagai arus pengajaran yang menyesatkan.
Orang diluar bangsa Yahudi, harus di-Yahudi-kan dulu berdasarkan aturan Taurat baru layak menjadi bagian dari persekutuan Yahudi yang menerima keselamatan. Bagi kekristenan, hal itu tidak berlaku. Sebab keselamatan bukan prestasi atau usaha manusia. Keselamatan adalah anugerah Allah bagi manusia. Karena itu, sebagai pengikut Kristus, orang yang beriman kepada Allah Tritunggal adalah jaminan keselamatan dan jminan sebagai pewaris persekutuan bersama Allah. Jadi ketaatan kepada Injil bukan sebagai syarat mencari keselamatan atau usaha pembenaran, tetapi merupakan syarat pertanggungjawaban keselamatan yang telah kita miliki. Bagi Kekritenan, Taurat hanya sebagai penunjuk yang mengarahkan, bukan alat keselamatan atau pembenaran. Sebab Kita sudah diselamatkan, kita sudah dibenarkan Allah dalam diri Anak-Nya Yesus Kristus. Tugas kita saat ini adalah terpanggil untuk hidup sebagai anak-anak perjanjian. Jangan kita hidup seperti anak-anak perhambaan atau anak-anak daging (Ef 5:8, moto GKI).
Amin
Untuk Informasi lainnya yang terdapat di dalam buletin, Silahkan download file pdf yang link-nya tersedia di bawah :