ALLAH TIDAK MENOLAK UMAT YANG DIPILIHNYA
Roma 11:1-10Kutipan: Khotbah BP Am Sinode GKI di Tanah Papua
Saudaraku yang dikasihi Tuhan,
Allah memiliki kehendak bebas dalam menentukan pilihan-Nya. Oleh karena itulah, Rasul Paulus dalam suratnya pasal 1-11 menekankan tentang kesatuan orang Yahudi dan non-Yahudi dalam pembenaran iman dalam Yesus Kristus. Sebelum kedatangan Yesus Kristus kedua golongan itu terpisah. Bangsa Yahudi adalah bangsa pilihan, umat Allah. Hukum Taurat dan sunat merupakan tanda pemilihan itu. Oleh karya Yesus Kristus, pemisahan itu ditiadakan. Kini orang Yahudi dan non-Yahudi bersama-sama menjadi umat Allah, yang dikaruniai Roh Allah. Tanda masuknya adalah baptisan. Menurut Rasul Paulus, kesatuan itu terwujud karena pemberitaan Injil dalam lingkungan orang Yahudi maupun non-Yahudi. Rasul Paulus terpanggil untuk menunaikan tugas pemberitaan Injil itu, khususnya bagi bangsa non-Yahudi. Adapun pokok utama pasal 11 yaitu ayat 2 ‘Allah tidak menolak umat-Nya yang telah dikenal-Nya dari semula’.
Adakah Allah mungkin telah menolak umat-Nya?’ Pertanyaan ini mengandung nilai positif, bahwa keputusan itu ada ditangan Allah, Allah memiliki kehendak bebas untuk menentukannya. Oleh karena itu, masih ada harapan bagi kita, ditandai dengan kata ‘mungkin’. Adanya harapan itu, diperkuat dengan jawaban Rasul Paulus yang tegas ‘sekali-kali tidak!’ Penegasan Rasul Paulus didasari atas kepercayaannya kepada Allah, sebagaimana yang telah ia alami dan rasakan dalam pengalaman hidup, sehingga menjadi kesaksian hidup. Hal itu nampak dari penyebutan identitas kebangsaannya bahwa ‘aku sendiri pun orang Israel, dari keturunan Abraham, dari suku Benyamin’. Adanya pernyataan Rasul Paulus tentang identitas kebangsaannya ini hendak menunjukkan bahwa ia juga orang Israel, tapi Israel yang benar-benar percaya kepada Allah dan melayani Allah sebagai Rasul bagi orang-orang non-Yahudi. Maka didalam dia mulailah terpenuhi janji Allah, bahwa oleh Abraham (dan keturunannya) semua bangsa diatas bumi akan mendapat berkat (Kej. 12:3; 18:18; 22:18 dyb.). Dalam diri Rasul Paulus dan dalam karyanya tujuan kehadiran bangsa Israel digenapi. Dengan demikian, Rasul Paulus tidak mengingkari keyahudiannya. Namun, identitas kebangsaan itu takluk pada identitas diri sebagai anggota Gereja Kristen yang AM, sehingga tidak ada lagi perbedaan antara orang Yahudi dan non-Yahudi.
Rasul Paulus kembali memberikan pernyataan tegas bahwa Allah tidak menolak umat yang dipilih-Nya’. Kata ‘dipilih’ mengandung makna bahwa umat Israel dipilih bukan karena kebaikan mereka, tetapi hanya karena kasih Allah. Allah sudah memilih berarti Allah tidak akan menolak dan membiarkan umat Israel dalam dosa, tetapi kasih-Nya dinyatakan untuk membawa umat kembali kepada-Nya.
Untuk menguatkan pernyataannya, Rasul Paulus mengambil contoh Elia ketika Elia melaporkan Israel kepada Allah (lih. 1 Raj. 19:10 & 14). Rasul Paulus menyajikan perkataan Elia itu, untuk menunjukkan kehidupan Israel didalam dosa dan menolak Tuhan melalui keberadaan nabi-Nya. Tetapi apakah Allah meninggalkan mereka? Rasul Paulus mengemukakan jawaban Allah terhadap laporan Nabi Elia ‘aku masih meninggalkan tujuh ribu orang bagi-Ku, yang tidak pernah sujud menyembah baal’. (lih. 1 Raj. 19:18). Hal itu menunjukkan bahwa tidak semua umat Israel telah berbuat dosa dan menduakan Allah, karena masih ada umat yang tetap setia kepada Allah yaitu 7.000 orang tersebut. 7.000 orang itulah yang disebut ‘sisa, menurut pilihan kasih karunia’. Oleh karena kasih karunia Allah yang telah memilih mereka, maka mereka diselamatkan dan dikuduskan, supaya Allah tetap memiliki umat yang tetap taat dan sujud menyembah kepada-Nya. Rasul Paulus kembali mengulang pernyataannya diayat 6 bahwa kesemuanya itu bukan karena perbuatan mereka. Sebab kalau ukurannya adalah perbuatan, maka status orang pilihan sewaktu-waktu dapat hilang bersamaan dengan perbuatan yang mulai berkurang kepada Allah.
Sebaliknya, kalau oleh kasih karunia Allah, maka itu menjadi jaminan bahwa Allah akan memelihara dan menyertai sebagai orang pilihan, bahkan ketergantungan hidup kepada Allah akan semakin besar. Dengan demikian, secara tidak langsung Rasul Paulus hendak menekankan bahwa bukan perbuatan melakukan Hukum Taurat didalam Perjanjian Lama yang utama, tetapi oleh kasih karunia Allah didalam Yesus Kristus yang telah berkorban untuk penebusan dosa dan penyelamatan. Oleh kasih karunia itulah, maka dalam mega mendung hukuman-Nya yang mengancam ada pelangi kasih karunia-Nya.
Saudaraku yang dikasih Tuhan,Israel tidak memperoleh apa yang dikejarnya, yang dikejar adalah kedudukan sebagai umat Allah. Tetapi, mereka tidak mendapatkannya, sebab ‘manusia dibenarkan karena iman, bukan karena ia melakukan Hukum Taurat, tetapi orang-orang yang terpilih telah memperolehnya. Orang-orang terpilih yang dimaksudkan disini adalah orang-orang yang dipilih oleh karena kasih karunia Allah, yang disebut sisa-sisa Israel. Orang-orang yang tegar hati yaitu orang-orang Israel yang tetap keras hati, bebal dan melawan Allah. Sehingga kepada mereka, ayat 8-10 Rasul Paulus menghubungkan rencana Allah yang akan terjadi bagi mereka, sebagaimana sudah lebih dulu ada didalam hari-hari mereka akan suram dan gelap.
Saudaraku yang dikasih Tuhan,banyak orang menyebut dirinya Kristen, tetapi belum tentu semua orang Kristen adalah orang pilihan. Karena, orang Kristen pun ada yang tidak setia, tidak taat dan melawan Allah, bahkan lebih suka hidup menurut keinginan kedagingan kemanusiaannya. Kemerosotan iman dan akhlak orang Kristen itu sudah mulai merajalela didalam kehidupan bergereja. Namun, masih ada orang kristen yang juga termasuk ‘7.000 orang’ yang masih setia kepada Allah. Setia melayani dan menyembah Allah.
Tetapi janganlah kesetiaan itu menjadikan kita sebagai pribadi yang sombong rohani, ‘menepuk dada’, dan merendahkan orang lain. Karena, ingat bahwa kita dipilih Allah untuk tetap setia, bukan karena perbuatan kita sendiri, melainkan karena kasih karunia Allah yang berkenan memilih kita. Kita dipilih untuk melayani Allah dalam berbagai tugas tanggung jawab baik dalam keluarga, gereja atau masyarakat, bukan karena kemampuan dan kepandaian diri kita; tetapi sekali lagi karena kasih karunia-Allah yang melayakkan kita. Sehingga janganlah ada orang yang bermegah, karena kemegahannya. Tetapi, ‘barangsiapa yang bermegah, hendaklah ia bermegah didalam Tuhan’ (1 Kor. 1:31).
Amin.
Untuk Informasi lainnya yang terdapat di dalam buletin, Silahkan download file pdf yang link-nya tersedia di bawah :