Tanda-tanda Kedatangan Yesus | Buletin Edisi 20 November 2022

TANDA-TANDA KEDATANGAN YESUS

Matius 24 : 37 - 44
Kutipan : Khotbah BP Sinode GKI di Tanah Papua

Saudaraku yang dikasihi Tuhan,

Perikop firman yang terdapat pada pasal 24:1-25:46 merupakan jawaban Yesus terhadap pertanyaan para murid-Nya ketika mereka duduk beristirahat di bukit zaitun. Hampir satu hari penuh Ia mengajar orang banyak di Bait Allah (21:23-23:39). Pasal 24:1 memberitahukan Yesus keluar dari Bait Allah, sementara itu para murid-Nya mendekati Dia seraya menunjuk kepada-Nya kemegahan Bait Allah yang dibangun oleh raja Herodes (24:1). Tetapi tanggapan Yesus justru sebaliknya. Ia mengatakan:”Kamu melihat semuanya itu? Aku berkata kepadamu, sesungguhnya tidak satu batupun di sini akan dibiarkan terletak di atas batu yang lain, semuanya akan diruntuhkan” (ay.2). Setelah mereka meninggalkan pelataran Bait Allah, mereka berjalan kaki ke arah timur menuju ke Bukit Zaitun. Setelah Yesus duduk di atas Bukit Zaitun, murid-murid-Nya mendekati Dia dan mengajukan pertanyaan yang berkaitan dengan kata-kata Yesus di ayat 2. Para murid Yesus mengajukan tiga pertanyaan krusial di ayat 3: (a) “bilamanakah itu akan terjadi?’; (b) “apakah tanda kedatangan-Mu?”; (c) dan apakah tanda kesudahan dunia?Dan ketiga pertanyaan itu dijawab oleh Yesus dalam satu kesatuan pengajaran eskatologis yang terdapat pada pasal 24:4-25:46. Pertanyaan pertama dijawab pada ayat 4-26. Bagian yang akan dibicarakan hari ini termasuk jawaban terhadap pertanyaan kedua yang dimulai dari ayat 24:27-25:29. Sedangkan pertanyaan ketiga Yesus jawab dalam pasal 25:31-46.

Hidup bebas tanpa norma, Pada ayat-ayat ini (ay.37-39) Yesus memberikan sebuah contoh tentang tanda-tanda kedatangan-Nya yang kedua kali atau yang kita kenal dengan istilah parousia dalam bahasa Yunani. Yesus menggunakan sebuah contoh kehidupan manusia pada zaman Nuh – “Sebab sebagaimana halnya pada zaman Nuh, demikian pula halnya kelak pada kedatangan Anak Manusia”(ay.37). Pada zaman Nuh keadaan manusia dilihat dari segi peradaban, tidak beda dengan kehidupan manusia zaman ini. Makan, minum, kawin-mawin dan lain sebagainya, merupakan kegiatan yang umum yang dilakukan oleh manusia pada waktu sebelum Nuh diminta membuat bahtera sampai kepada hari Nuh masuk ke dalam bahtera (ay.38). Pertanyaan kita adalah:”Jika cara hidup manusia pada zaman Nuh adalah cara hidup yang wajar, lalu mengapa Yesus menggunakan itu sebagai contoh bagi tanda kedatangan-Nya?” Yesus sangat faham akan isi PL, khususnya kisah tentang perilaku manusia pada zaman Nuh. Cara hidup mereka, kejahatan mereka yang menyakitkan hati Tuhan, serta hukuman Tuhan sebagai akibat dari dosa-dosa yang mereka lakukan (Kej.6:1-7:16). Ada kesan bahwa manusia pada zaman Nuh hidup dalam sebuah peradaban yang bebas tanpa norma atau dapat kita sebut sebuah peradaban humanisme liberal.

Keinginan dan hawa nafsu manusia lebih ditonjolkan daripada menaati firman Allah dan adat-istiadat yang wajar. Dikatakan:”Ketika dilihat Tuhan, bahwa kejahatan manusia besar di bumi dan bahwa segala kecenderungan hatinya selalu membuahkan kejahatan semata-mata, maka menyesallah Tuhan, bahwa Ia telah menjadikan manusia di bumi, dan hal itu memilukan hati-Nya” (Kej.6:5-6). Selanjutnya dikatakan: “Adapun bumi itu telah rusak di hadapan Allah dan penuh dengan kekerasan. Allah menilik bumi itu dan sesungguhnya rusak benar, sebab semua manusia menjalankan hidup yang rusak di bumi” (Kej.6:11-12). Mereka menjalani kehidupan bebas menurut keinginan hati mereka tanpa mereka sadar bahwa hukuman Allah sedang menanti mereka, jika mereka tidak bertobat. Sebagaimana disampaikan oleh rasul Petrus:”Mata mereka penuh nafsu zinah dan mereka tidak pernah jemu berbuat dosa.

Mereka memikat orang-orang yang lemah. Hati mereka terlatih dalam keserakahan. Mereka adalah orang-orang terkutuk” (2 Pet.2:14). Pada ayat 39 Yesus mengatakan: “dan mereka tidak tahu akan sesuatu, sebelum air bah itu datang dan melenyapkan mereka semua, demikian pulalah kelak pada kedatangan Anak Manusia”. Frasa “tidak tahu akan sesuatu” mengacu pada kekebalan hati manusia yang malas tahu akan kebenaran, bukan pengertian secara rasional. Menurut kesaksian rasul Petrus, selama Nuh membuat bahtera sambil ia memberitakan tentang hukuman yang akan menimpa manusia yang hidup pada zamannya (2 Pet.2:5). Tetapi mereka tidak menghiraukan akan pemberitaan itu (1 Pet.3:20). Kondisi kehidupan manusia yang bebas tanpa norma-norma, apa lagi yang tidak mau mendengar dan percaya akan kebenaran Allah merupakan salah satu tanda kedatangan Yesus kedua kalinya.

Gaya hidup bebas tanpa terikat pada norma-norma adat maupun agama, merupakan trend sosial di zaman milenial ini. Bukan saja yang berlaku di dunia luar, tetapi juga di Indonesia umumnya dan di Papua secara khusus. Dosa utama pada zaman Nuh adalah kehidupan sex bebas, perkawinan campuran antara orang Kristen dan non-Kristen (“anak Allah dan anak manusia” - Kej.6:2), serta mengejar kenikmatan hidup tanpa batas. Fenomena kehidupan seperti itu merupakan trend baru zaman ini. Hal itu bukan sesuatu yang tidak boleh diraih oleh orang Kristen, tetapi yang wajib diperhatikan adalah semua pilihan hidup harus diukur dari nilai-nilai kristiani yang endingnya adalah Tuhan kita Yesus Kristus dipermuliakan.

Tanda yang berikut adalah orang-orang yang beriman kepada Yesus akan diangkat keluar dari bumi secara tiba-tiba dalam keadaan mendadak dan tanpa seorangpun yang mengetahuinya. Jika ada dua orang yang bekerja di ladang, maka yang beriman akan diangkat dan meninggalkan yang tidak beriman (ay.40). Sama halnya jika ada dua perempuan yang sedang memutar batu kilangan, yang beriman diangkat dan meninggalkan yang tidak beriman (ay.41). Batu kilangan adalah sebuah batu bulat yang digunakan untuk menggiling gandum, atau buah anggur. Kondisi ini menurut saya adalah sebuah penculikan misterius, mysterious kidnapping atau dalam bahasa Latin disebut arcanum sollicitans. Peristiwa ini disinggung juga oleh rasul Paulus dalam hotbahnya kepada jemaat di Tesalonika. Paulus mengatakan bahwa yang diangkat lebih dahulu adalah orang-orang beriman yang telah meninggal, kemudian menyusul mereka yang masih hidup (1 Tes.4:16-17). Jadi peristiwa ini terjadi bukan karena ia seorang perempuan atau laki-laki atau secara berkeluarga, melainkan secara individual atas dasar iman secara pribadi. Yang Yesus maksudkan dalam dua ayat ini adalah pengangkatan orang-orang beriman akan terjadi ketika semua orang sedang sibuk dengan kegiatan rutin mereka sehari-hari. Dan hal itu terjadi secara misterius dan tiba-tiba tak seorangpun yang tahu. Keadaan sesungguhnya ketika parousia itu terjadi dilukiskan oleh Yesus di ayat-ayat ini seperti pencuri pada waktu malam (ay. 43). Yesus sangat mengenal situasi dan kondisi sosial masyarakat Yahudi pada waktu itu. Salah satu masalah sosial yang dihadapi adalah “pencurian” atau “perampokkan” harta benda milik orang. Waktu yang paling efektif bagi para perampok adalah pada waktu malam, ketika penghuni rumah sudah tertidur lelap.

Pada momen seperti itu, pencuri dengan mudah untuk melancarkan aksinya serta mencuri harta benda orang rumah itu. Inti dari ceritera ini adalah masalah waktu, karena pemilik rumah tidak tahu kapan pencuri masuk ke rumahnya karena itu ia tidak berjaga-jaga. Jika penghuni rumah tahu kapan pencuri masuk ke rumahnya, tentunya ia sudah berjaga-jaga sebelum waktunya. Yesus melukiskan kedatangan-Nya seperti cara maling memasuki rumah orang. Ia tidak memberi kabar kepada pemiliknya, kapan ia akan datang ke rumah itu (ay.44).

Tapi sangat bersyukur, bahwa Ia memberitahu tanda-tanda kedatangan-Nya, walaupun Ia tidak memberitahu mereka waktu yang definitif tentang kedatangan-Nya seperti yang diminta oleh para murid kepada-Nya, “Katakanlah kepada kami, bila manakah itu akan terjadi dan apakah tanda kedatangan-Mu dan tanda kesudahan dunia?” (ay.3). Ia tidak memberikan jawaban definitif kepada mereka. Sebab dalam posisinya sebagai seorang utusan Allah, Ia tetap merendahkan diri-Nya dan tidak mau membuka rahasia itu. Ia mengatakan, “Tetapi tentang hari dan saat itu tidak seorangpun yang tahu, malaikat-malaikat di sorga tidak, dan Anakpun tidak, hanya Bapa sendiri” (ay.36). Oleh sebab itu Yesus mengingatkan mereka: “Karena itu berjaga-jagalah, sebab kamu tidak tahu pada hari mana Tuhanmu datang” (ay.42,44). Inti dari ayat 42-44 adalah Yesus menghendaki “kesetiaan” dari para murid-Nya. Bukan soal pengetahuan dalam artian mengetahui secara definitif tentang jam, hari, tanggal dan tahun kedatangan Yesus, melainkan sikap mereka dalam hal menyatakan kesetiaan kepada-Nya dan pada segala firman-Nya. Hal kesetiaan lebih lanjut dijelaskan dalam sebuah perumpamaan pada ayat 45-50.

Ada beberapa kebenaran penting yang dapat kita boleh simak tentang peristiwa parousia melalui firman ini.

  1. Kebenaran tentang kedatangan Yesus kedua kali atau Parousia, adalah suatu peristiwa yang benar dan pasti. Jangan sampai warga jemaat diragukan oleh provokasi pemberitaan yang tidak sesuai dengan ajaran Yesus. Sebab Yesus sendiri yang berjanji: “Di rumah Bapa-Ku ada banyak tempat tinggal. Jika tidak demikian, tentu Aku mengatakannya kepadamu. Sebab Aku pergi ke situ untuk menyediakan tempat bagimu. Dan apabila Aku telah pergi ke situ dan telah menyediakan tempat bagimu, Aku akan datang kembali dan membawa kamu ke tempat-Ku, supaya di tempat di mana Aku berada, kamupun berada” (Yoh.14:2-3).
  2. Yesus tidak pernah menyampaikan tentang hari, jam, tanggal, bulan dan tahun tentang kedatangan-Nya. Ia hanya memberitahukan kepada para murid-Nya (kepada kita) tentang tanda-tanda kedatangan-Nya yang kedua kalinya. Oleh sebab itu, warga jemaat jangan terprovokasi dengan perhitungan matematis tentang kronologi kedatangan-Nya yang sangat marak dewasa ini. Yesus sendiri pernah mengatakan bahwa Ia sendiri dan para malaikat di surga tidak tahu, hanya Allah, Sang Bapa saja yang tahu (Mat.24:36).
  3. Persiapan kita sebagai anggota sidi jemaat yang beriman kepada-Nya, hidup suci dan benar di hadapan-Nya, serta setia pada segala perintah-Nya. Hal-hal ini menjadi modal dasar bagi kita untuk diangkat ke surga pada hari kedatangan-Nya itu. Dan selalu siap siaga menantikan kedatangan-Nya, setiap saat dan di setiap kesibukan kita sehari-hari. Firman Tuhan ini mengajar kita tentang kebenaran dan kepastian mengenai kedatangan Tuhan Yesus kedua kalinya. Berita ini bukan suatu dongeng, ceritera fiksi atau suatu kisah mitos masa lalu. Melainkan sebuah kebenaran yang disampaikan oleh Yesus sendiri. Kita diberikan jaminan bahwa yang benar-benar beriman kepada-Nya, ia akan diangkat ke surga bersama-sama dengan Dia sesuai dengan janji-Nya. Oleh sebab itu, kita wajib berjaga-jaga dan bersiap-siap selalu baik pada waktu pagi, maupun di waktu malam. Baik pada waktu sibuk bekerja atau pada waktu duduk santai di rumah. Karena kita tidak tahu kapan Ia datang. Kewajiban kita adalah waspada selalu dalam proses penantian itu. Jangan seperi gadis-gadis yang bodoh, melainkan jadilah seperti gadis-gadis yang bijaksana. Ketika tiba saatnya, mereka berbahagia karena disambut masuk ke kemuliaan kekal yang sediakan bagi mereka yang beriman kepada-Nya (Mat.25:1-10). Tuhan memberkati kita semua lewat firman ini. Terpujilah Dia, kini dan selama-lamanya. Amin !


Untuk Informasi lainnya yang terdapat di dalam buletin, Silahkan download file pdf yang link-nya tersedia di bawah :



GKI Martin Luther

Memang dahulu kamu adalah kegelapan, tetapi sekarang kamu adalah terang di dalam Tuhan. Sebab itu hiduplah sebagai anak-anak terang

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama