Kristus Imam Besar Pengantara dari Perjanjian Yang Baru (Buletin Edisi 29 Januari 2023)

KRISTUS IMAM BESAR PENGANTARA DARI PERJANJIAN YANG BARU

IBRANI 9: 11-28
Kutipan: Khotbah BP Sinode

Saudaraku yang dikasihi Tuhan

Konsep Imam Dalam Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru kita sudah memasuki minggu ke-4, minggu akhir dari triwulan pertama, hari ke 29, bulan Januari 2023 fokus triwulan pertama “pembaruan” Allah dan manusia. Perjanjian lama sampai perjanjian baru, kedudukan seorang imam lebih bersifat manusiawi. Untuk memimpin Israel sebagai suatu bangsa dalam melakukan penyembahan yang benar kepada Allah, maka Allah menghendaki adanya seorang imam. Allah memerintahkan Musa memanggil Harun beserta anak-anaknya untuk memegang jabatan imam bagi Allah. (bdk.Keluaran 28:1). Perjanjian Baru lebih menggambarkan tentang sosok manusia yang ilahi yaitu Kristus. Kata yang dipakai untuk imam dalam perjanjian baru adalah ‘hierus’, yang berarti “ia yang perkasa”, dan kemudian berarti, “seorang yang sakral,” seorang yang mempersembahkan diri kepada Tuhan

Pada ayat 11 “ Tetapi Kristus telah datang sebagai Imam Besar untuk hal-hal yang baik yang akan datang: ia telah melintas kemah yang lebih besar dan yang lebih sempurna, yang bukan dibuat oleh tangan manusia”, Allah sendiri telah menentukan bahwa keimamatan Yesus Kristus menurut Melkisedek (bdk.Ibrani 7:1). Isi nubuatan dikutip oleh penulis Ibrani dengan mengatakan bahwa karena Yesus Kristus berasal dari suku Yehuda, maka ditetapkan seorang imam lain menurut cara Melkisedek (Ibr. 7:14-15). Tentunya penetapan Yesus Kristus sebagai Imam Besar menurut cara Melkisedek memiliki alasan dan latar belakang yang kuat.

Ayat 15-22: Kristus sebagai Pengantara Perjanjian, pada ayat 15; tertulis “Karena itu ia adalah Pengantara dari suatu perjanjian yang baru, supaya mereka yang telah terpanggil dapat menerima bagian kekal yang dijanjikan, sebab ia telah mati untuk menebus pelanggaran-pelanggaran yang telah dilakukan selama Perjanjian yang pertama”. Sebagai Imam Besar, Yesus Kristus bertindak sebagai Perantara antara manusia dengan Allah. Fungsi ini hanya dapat dikerjakan oleh Yesus Kristus karena sifat kekekalan yang dimiliki-Nya (Ibr. 7:24). Data Alkitab yang memberikan bukti bahwa Yesus Kristus adalah seorang Imam Besar terlebih dahulu dijelaskan dalam perjanjian lama. Seperti telah disebutkan, Mazmur 110:4 dan Zakharia 6:13 merupakan acuan yang jelas tentang keimamatan Yesus Kristus.

Pada ayat 23 berkata “ Jadi segala sesuatu yang melambangkan apa yang ada di sorga haruslah dilahirkan secara demikian, tetapi benda-benda sorgawi sendiri oleh persembahan-persembahan yang lebih baik dari pada itu”. Ayat 24” Sebab Kristus bukan masuk ke dalam tempat kudus buatan tangan manusia yang hanya merupakan gambaran saja dari yang sebenarnya, tetapi ke dalam sorga sendiri untuk menghadap hadirat Allah guna kepentingan kita”. Dalam perjanjian baru hanya ada satu kitab saja yang menyebutkan Yesus Kristus sebagai Imam Besar, yaitu surat Ibrani 9:11. Sebelum membahas lebih dalam tentang keimamatan Yesus Kristus dalam surat Ibrani, perlu mengetahui tentang keimamatan kekal dari Yesus Kristus. Salah satu masalah yang timbul ialah pertanyaan kapan waktunya Kristus menerima jabatan-Nya sebagai Imam Besar.

Korban darah-Nya karena dosa manusia. Namun Walvoord menjelaskan bahwa Yesus Kristus memulai pekerjaan-Nya sebagai Imam Besar ketika Ia dilantik menjadi Imam oleh baptisan Yohanes atau pada saat inkarnasi itu sendiri. Mengacu pada penjelasan Mazmur 110:4 yang dikutip surat Ibrani 7:20-21 menunjukkan bahwa Kristus adalah seorang Imam pada saat Mazmur itu ditulis seribu tahun sebelum kelahiran Kristus. Bahkan walaupun inkarnasi-Nya dan peristiwa-peristiwa berikutnya penting untuk melaksanakan keimamatan ini.

Karya Keselamatan Yesus Kristus adalah Sempurna. Keberadaan Yesus Kristus yang bersifat kekal menyebabkan keimamatan-Nya juga kekal adanya. Dengan demikian berdampak pada tindakan penyelamatan yang dilakukan oleh Yesus Kristus. Terlihat jelas dalam surat Ibrani 7:25, “Karena itu, Ia sanggup juga menyelamatkan dengan sempurna semua orang yang oleh Dia datang kepada Allah. Sebab Ia hidup senantiasa untuk menjadi Pengantara mereka.” Yesus Kristus sanggup untuk menyelamatkan karena Ia memiliki kuasa untuk melakukannya. Kesanggupan Yesus Kristus tersebut dijelaskan dengan pemakaian kata ‘dunatai’ dari kata dasar ‘dunamai’, yang berarti mampu, sanggup, kekuatan dan kuasa. Jadi sebagai Imam Besar, Yesus Kristus berkuasa untuk melakukan tindakan yang menyelamatkan manusia. Dalam kitab Wahyu 1:6 juga disebutkan: “yang telah membuat kita menjadi suatu kerajaan, menjadi imam- imam bagi Allah, Bapa-Nya, bagi Dialah kemuliaan dan kuasa sampai selama-lamanya.



Untuk Informasi lainnya yang terdapat di dalam buletin, Silahkan download file pdf yang link-nya tersedia di bawah :



GKI Martin Luther

Memang dahulu kamu adalah kegelapan, tetapi sekarang kamu adalah terang di dalam Tuhan. Sebab itu hiduplah sebagai anak-anak terang

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama