KEKUDUSAN PERJAMUAN MALAM
I Korintus 11 : 17 - 34Kutipan: Khobah BP Sinode GKI di Tanah Papua
Saudaraku yang dikasihi Tuhan,
Ayat 17-19 : Paulus menegur dan mengingatkan bahwa pertemuan-pertemuan dari Jemaat Tuhan di Korintus tidak mendatangkan kebaikan tetapi mendatangkan keburukan. Masalah-masalah yang menimbulkan perpecahan dalam jemaat di Korintus saat beribadah antara lain karena kesalahpahaman tentang perjamuan Tuhan (ay 20-34) dan kekacauan dalam penggunaan karunia Roh. Semua itu mengecewakan orang-orang yang berkumpul untuk beribadat. Mengenai “ada perpecahan di antara kamu” sebenarnya lebih tepat diterjemahkan dengan “berbagai golongan”. Hal ini tampaknya muncul sebab golongan kaya, bertentangan dengan kebiasaan, dengan rakus melahap konsumsi mereka yang lebih berlimpah sebelum golongan yang miskin tiba, sehingga mereka tidak perlu berbagi makanan mereka selaku lambang lahiriah dari kesatuan tubuh. Paulus mengakui bahwa ada berbagai perbedaan di antara umat Tuhan di Korintus.. Akan tetapi, apabila perbedaan-perbedaan itu berkembang menjadi perpecahan karena mengikuti kehendak sendiri-sendiri, maka itu merusak jemaat.
Ayat 20-22 : Orang-orang Korintus memamerkan diri mereka bahwa mereka sedang berkumpul untuk berbagi roti dan anggur perjamuan Tuhan. Jadi sesungguhnya mereka itu berkumpul bukan untuk makan Perjamuan Tuhan. Di jemaat Korintus, makan bersama itu telah menjadi waktu dimana sebagian orang makan dan minum secara berlebihan sementara sebagian lainnya lapar. Sejumlah anggota jemaat makan roti dan minum semua anggur tanpa menunggu anggota lainnya. Bahkan beberapa orang minum anggur terlalu banyak sehingga mereka mabuk. Kurang ada perbuatan berbagi dan saling peduli. Dan ini menunjukkan bahwa mereka salah memahami Perjamuan Tuhan. Karena apa yang dilakukan ini tidak menunjukkan kesatuan dan kasih yang seharusnya menjadi ciri jemaat tersebut sebagai jemaat Kristen. Paulus mengkritik perbuatan ini dan kembali mengingatkan jemaat akan tujuan sesungguhnya dari Perjamuan Kudus. Apakah kamu tidak mempunyai rumah sendiri untuk makan dan minum? (22) Pertanyaan ini penuh kemarahan dan dialamatkan kepada orang-orang yang menganggap persekutuan itu hanya sebagai jamuan makan sosial biasa dan bukan perjamuan kasih yang rohani. (ayat 23-26) Rasul Paulus membenarkan tegurannya dengan meninjau makna yang nyata dan sesungguhnya dari peraturan tersebut dengan merunut balik pengajaran itu sampai ke Tuhan Yesus sendiri.
Ayat 23: Laporan Paulus tentang apa yang Yesus katakan dan lakukan saat Perjamuan Paskah terakhir bersama para muridNya ini mirip dengan apa yang terdapat dalam Injil Lukas 22:19-20. Dengan saling berbagi dalam perjamuan Tuhan, para pengikut Yesus mengingat bahwa mereka dipersatukan oleh kematianNya sampai Ia datang kembali. Paulus tidak dapat memuji mereka sebab perilaku mereka itu tidak selaras dengan yang ia telah terima dari Tuhan. Dia tidak menjelaskan apakah ia menerima pengajaran mengenai hal itu langsung dari Tuhan atau dari sumber yang lain. Ayat 24 : Roti dibagikan terlebih dahulu. Setelah itu baru disajikan anggur, yang melambangkan kematian yang mengakhiri perjanjian yang lama dan meresmikan yang baru. Ayat 25 : Apakah perjanjian baru ini? Dalam perjanjian yang lama, orang bisa menghampiri Allah hanya melalui para imam dan sistem persembahan kurban. Kematian Yesus di kayu salib menandai dimulainya perjanjian baru atau perjanjian antara Allah dengan manusia. Sekarang semua orang bisa secara pribadi menghampiri Allah dan berkomunikasi denganNya. Perjanjian baru itu menyempurnakan dan bukan menggantikan perjanjian lama tetapi menggenapi segala hal yang dinantikan dalam Perjanjian Lama. Pengulangan ungkapan “menjadi peringatan akan Aku” dirancang untuk jemaat di Korintus yang hidup tidak teratur. Ayat 26 : Ini menunjukkan alasan mengapa perjamuan kudus itu perlu diulang-ulang terus. Perjamuan kudus itu sesungguhnya merupakan sebuah khotbah yang dipraktekkan sebab ketika itu kematian Tuhan diberitakan , dan ini dilaksanakan sampai Tuhan datang. (Ayat 27-34) Paulus sekarang menerapkan ajaran tersebut kepada orang-orang percaya yang hidup tidak teratur itu di Korintus.
Ayat 27 : Ini bukan dimaksudkan kepada orang yang ikut ambil bagian pada perjamuan kudus, tetapi lebih pada cara ia ikut ambil bagian dalam perjamuan kudus. Dan itu berarti tidak menghargai pengorbanan Yesus dan tidak memahami apa arti dari perjamuan kudus dan membedakannya dengan jamuan makan biasa. Ayat 29-30 : Adalah alasan mengapa orang harus menguji diri atau mawas diri atau pengakuan dosa sebelum makan perjamuan kudus, karena jika tidak melakukan hal tersebut dipercaya bahwa yang bersangkutan mendatangkan hukuman atas diri sendiri. Bahkan ada yang lemah, sakit bahkan meninggal. Ayat 31 : Cara untuk mencegahnya adalah dengan menguji diri sendiri dengan benar. Ayat 34 : Orang-orang harus datang ke perjamuan dengan rasa rindu akan persekutuan dengan orang-orang percaya lainnya dan mempersiapkan diri untuk perjamuan kudus yang diadakan. Diingatkan Paulus, kalau ada orang yang lapar sebaiknya ia makan dulu di rumahnya terlebih dahulu supaya datang ke jamuan bersama itu dengan sikap mental yang benar. Kita diingatkan tentang kebiasaan-kebiasaan yang salah/keliru dalam sebuah perjamuan kudus dari pengalaman umat Tuhan di Korintus. Dan dengan demikian kita diajak untuk mengerti dan memahami apa sesungguhnya arti daripada sebuah perjamuan kudus itu sendiri sehingga dalam pengertian dan sikap yang baik mengikuti perjamuan kudus. Ada beberapa hal: Perjamuan kudus adalah perjamuan kasih atau perjamuan agape yang mengingatkan akan hal berbagi. Karena didalam perjamuan kudus kita memperingati akan kematian Tuhan Yesus, yang telah membagi hidupnya dengan manusia, yang rela mati di kayu salib untuk menebus dosa manusia. Oleh karena itu, pengertian akan hal ini menjadi dasar bagi setiap umat Tuhan dalam sikap mengikuti perjamuan. Orang percaya mengikuti perjamuan dengan sikap hormat, menghargai pengorbanan Tuhan Yesus dan berbagi dengan yang lain, menantikan yang lain, “makan bersama-sama” dalam meja perjamuan kudus. Kita diingatkan bahwa dalam kehidupan setiap hari, untuk terus membagikan kasih Allah yang telah kita terima, rasakan dalam hidup (ketika Allah berbagi hidupNya-cinta-Nya-kasih-Nya-berkat-Nya dengan kita). Kita menjadikan hidup kita menjadi berkat di tengah-tengah dunia ini lewat setiap tutur kata dan perbuatan kita.
Untuk Informasi lainnya yang terdapat di dalam buletin, Silahkan download file pdf yang link-nya tersedia di bawah :