Bersatu dan Memerdekakan Diri Seperti Yesus (Buletin Edisi 19 Maret 2023)

BERSATU DAN MERENDAHKAN DIRI SEPERTI YESUS

Filipi 2 : 1 - 11
Sumber: Pegangan Pelayanan Ibadah Sinode GKI di Tanah Papua

Saudaraku yang dikasihi Tuhan,

Mengapa Paulus dan Timotius menyampaikan nasihat kepada jemaat, para penilik dan diaken di Filipi supaya bersatu dan merendahkan diri seperti Kristus? Setiap surat Paulus yang dikirim kepada suatu jemaat atau orang tertentu bukan tanpa alasan, tetapi ada latar belakang yang sangat penting, mendesak dan mendasar. Artinya, ada masalah, ada pengaruh yang kurang baik, ada ajaran yang menyesatkan jemaat, ada perpecahan dalam jemaat, Kristus dan kebenaran-Nya tidak mendapat tempat dalam kehidupan jemaat, pelayanan jemaat, tetapi juga para pemimpin jemaat. Dengan lain perkataan, sedang bertumbuh serta berkembangnya berbagai ajaran dan pengaruh yang tidak sehat serta menyimpang dari Firman Allah. Bagi Paulus kenyataan ini membawa pengaruh negatif terhadap pertumbuhan iman, nilai-nilai etika dan spiritual bagi jemaat maupun para pemimpin umat. Secara khusus jemaat di Filipi, Paulus tidak sembarangan memberi nasihat, tetapi karena ada masalah yang serius maka Paulus menasihati jemaat. Ada dua faktor yang sangat berpengaruh terhadap kehidupan jemaat di Filipi, yaitu faktor intern atau faktor dari dalam jemaat, dan faktor eksternal atau faktor dari luar jemaat. Kedua faktor ini saling berpengaruh, yaitu dari luar jemaat berpengaruh ke dalam jemaat. Siapakah yang menebarkan pengaruh kepada jemaat di Filipi? Dikatakan dalam Filipi 1:28 “dengan tidak digentarkan oleh lawanmu,” Mereka yang disebut lawan ini menebarkan ajaran yang tidak diajarkan Paulus maupun ajaran yang tidak bersumber dari kebenaran Allah bagi jemaat di Filipi. Menjadi nyata dalam kehidupan jemaat di Filipi, yakni adanya keretakan dalam hal hubungan kesatuan atau persekutuan. Jemaat di Filipi tidak lagi hidup merendahkan diri seperti Kristus. Tetapi hidup dalam tinggi hati, mementingkan diri sendiri, mengabaikan kehidupan yang bersatu, standar hidup sebagai jemaat yang berpola pada hidup Kristus dalam kerendahan semakin melemah, bahkan diabaikan. Itulah sebabnya, rasul Paulus memberi nasihat, memberi arahan, serta teguran supaya jemaat bersatu dan merendahkan diri seperti Kristus.

Ayat 1-4, Bertolak dari keadaan jemaat di Filipi yang cenderung tidak lagi hidup bersatu dan tidak saling merendahkan diri, maka Paulus dalam ayat-ayat ini menasihati jemaat agar pola hidup Kristus dijadikan patokan, model untuk hidup sebagai umat Allah di dalam dunia. Karena bagi Paulus, dalam Kristus ada nasihat, ada penghiburan kasih, ada persekutuan Roh, ada kasih mesra, dan belas kasihan. Inilah prinsip nilai yang harus mewarnai kehidupan jemaat di Filipi. Karena itu, Paulus menasihati jemaat di Filipi supaya sehati sepikir, satu kasih, satu jiwa, satu tujuan, tidak mencari pujian atau kepentingan diri sendiri. Memang ada perbedaan di antara jemaat, tetapi bagi Paulus perbedaan itu tidak boleh dijadikan alasan untuk memecah belah jemaat yang adalah tubuh Kristus. Sebab jemaat menyembah satu Allah, satu Kristus, satu Roh, dan semua orang percaya dipersatukan dalam satu kasih yang bersumber dari Kristus. Inilah yang mendasari nasihat untuk menekankan pola hidup rendah hati dan menganggap orang lain lebih utama dari diri sendiri. Memang sulit atau berat bagi manusia duniawi, tapi ini merupakan prinsip hidup orang percaya yang harus dipraktekkan.

Ayat 5-8, Paulus menampilkan pola dan keteladanan hidup Kristus Yesus menjadi standar hidup kepada jemaat di Filipi. Menurut Paulus, walaupun Kristus Anak Allah, memiliki keilahian sebagai Anak Allah, tetapi tidak mempertahankan diri-Nya atau menganggap kesetaraan dengan Allah Bapa. Justru mengosongkan diri-Nya menjadi seorang hamba, menjadi sama dengan manusia, menanggung kehinaan, menderita sengsara, sampai mati di kayu salib. Seolah-olah Kristus tidak punya kuasa, seolah-olah Ia datang ke dalam dunia untuk menderita dan mati saja. Tetapi ini jalan yang dia pilih secara sadar untuk memenuhi kehendak Allah Bapa dalam rangka mewujudnyatakan karya keselamatan-Nya.

Ayat 9-11, Paulus menjelaskan kepada jemaat di Filipi, alasan mengapa Allah meninggikan Kristus dan mengaruniakan nama di atas segala nama kepada-Nya? Pertama, Allah meninggikan Kristus dan memberi nama di atas segala nama kepada-Nya karena ketaatan, kepatuhan, dan kesetiaan-Nya melaksanakan rencana Allah Bapa. Kedua, supaya di dalam nama Yesus, segala yang ada di langit, di bumi, di bawah bumi bertekuk lutut atau tunduk dan menghormati nama-Nya. Ketiga, supaya segala lidah atau manusia mengaku, memuji dan memuliakan “Yesus Kristus adalah Tuhan”, bagi kemuliaan Allah. Karena Dialah yang melaksanakan kehendak Allah, dan menyatakan Allah Bapa kepada manusia melalui penderitaan-Nya. Yesus Kristus adalah jalan, kebenaran dan hidup. Yesus tidak saja mengajar sekelumit jalan, sejumlah kebenaran dan prinsip hidup, tetapi Dia sendiri adalah jalan, kebenaran dan hidup. Itulah sebabnya, tidak seorang pun sampai kepada Bapa, jika tidak melalui Yesus Kristus. Di sini Paulus mau meyakinkan jemaat di Filipi, bahwa Yesus Kristus adalah Anak Allah yang berkuasa. Karena itu tidak boleh disejajarkan dengan kuasa manusia, kuasa-kuasa alam dan kuasa dewa-dewa kafir.

  1. Perpecahan persekutuan umat Allah, hidup dalam persaingan yang tidak sehat, mementingkan diri sendiri, kelompok, merasa lebih tinggi, dan orang lain tidak berguna merupakan pola hidup yang bertentangan dengan pola hidup Yesus. Karena itu, kita harus bersatu dan merendahkan diri seperti Yesus. Karena iman, kasih dan pengharapan kita, tertuju kepada satu Allah, satu Yesus, dan satu Roh Kudus, maka pola hidup sehati sepikir, satu kasih, satu jiwa, satu tujuan, tidak mencari pujian atau kepentingan diri sendiri harus menjadi standar tertinggi bagi kehidupan umat Allah. Hidup dalam perpecahan, kesombongan, tinggi hati adalah hidup yang tidak mendatangkan berkat Allah. Perbedaan tidak boleh dijadikan alasan memecah belah persekutuan tubuh Kristus.
  2. Yesus merendahkan diri sebagai Hamba yang menderita, Yesus mengosongkan diri dan menjadi sama dengan manusia sampai mati di kayu salib, sesungguhnya menyatakan tiga makna, yaitu: sebagai bukti kasih-Nya kepada manusia, sebagai bukti yang hendak mewariskan teladan bagi orang percaya untuk bersedia merendahkan diri sebagai hamba, dan sebagai bukti kesetiakawanan serta penyamaan diri-Nya dengan manusia yang tercecer, yang dilupakan agar memperoleh pengasihan Allah. Pada posisi inilah kita terpanggil menjadi berkat dan alat keselamatan bagi mereka.
  3. Bersatu dan merendahkan diri seperti Yesus, mengandung makna, yaitu: hidup dalam ketaatan, kesetiaan, dan kepatuhan terhadap kehendak-Nya. Hanya dengan prinsip hidup seperti ini, kita dapat bersatu dan merendahkan diri seperti Yesus.


Untuk Informasi lainnya yang terdapat di dalam buletin, Silahkan download file pdf yang link-nya tersedia di bawah :



GKI Martin Luther

Memang dahulu kamu adalah kegelapan, tetapi sekarang kamu adalah terang di dalam Tuhan. Sebab itu hiduplah sebagai anak-anak terang

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama