DALAM KASIH ADA PENGAMPUNAN DAN PENUGASAN
Yohanes 21:15-19Kutipan Badan Pelayan Sinode GKI di Tanah Papua
Saudaraku yang dikasihi Tuhan..........
Pada tanggal, 10 Mei 1994, momentum besar bagi Afrika Selatan, dengan memilih seorang kulit hitam Pertama menjadi Presiden Afrika Selatan Ia adalah Nelson Mandela. Dibalik kesuksesannya menjadi Presiden Afrika Selatan tersirat sebuah cerita menarik yang perlu diteladani. Mandela di Penjara selama 27 Tahun oleh Lawan Politiknya. Di dalam Penjara oleh salah seorang sipir dia sering disiksa, bahkan pernah digantung dengan kepala terbalik dan dikencingi, dia hanya berkata “tunggu saatnya.” Ketika Mandela keluar dari penjara, kemudian menjadi Presiden Afrika Selatan, hal pertama yang dia lakukan adalah meminta pengawal pribadinya untuk mencari sipir tersebut, pengawalnya langsung menangkap dan membawa sipir itu ke hadapannya. Sipir itu sangat ketakutan mengira Mandela akan membalas, menyiksa dan memenjarakannya, tapi ternyata Mandela malah merangkul dan berkata “Hal pertama yang ingin saya lakukan ketika menjadi presiden adalah “Memaafkanmu” Mandela tidak dikuasai kebencian atau niat untuk balas dendam terhadap lawan politiknya dulu, tetapi Mandela mengajarkan bagaimana membalas kejahatan dengan Kebaikan, Kebencian dengan Kasih. Apakah yang kita lakukan ketika kita sudah begitu dilukai oleh seseorang dan kini kita memiliki kesempatan untuk membalas dendam.
Kisah Mandela terhadap Seorang Sipir itu terinspirasi dari Perjumpaan Yesus dengan Petrus bukanlah perjumpaan yang bertujuan untuk mengungkit masa lalu “Apakah engkau akan menyangkal Aku lagi? Tetapi perjumpaan Yesus dan Petrus adalah Perjumpaan yang menyembuhkan luka batin mengubahkan Penyesalan, kekecewaan dan sakit hati, dengan berkata” Apakah Engkau Mengasihi Aku lebih dari Mereka ini.” Sama Seperti Mandela berkata Pada Sipir itu : “Aku Memaafkanmu”.
Perjumpaan Petrus dan Yesus yang bangkit berisikan teks-teks yang indah. Yesus memberikan kesempatan kepada Petrus untuk mengungkapkan penyesalan melalui Kasih. Ini merupakan sebuah contoh yang baik untuk memulihkan hubungan dengan Tuhan sesudah melakukan dosa. Penyangkalan Petrus tiga kali diimbangi oleh tiga kali pernyataan kasih-Nya. Perapian adalah Penghubung antara Kedua Peristiwa itu yang mengikat Petrus dan Tuhan bersatu kembali. Peristiwa ini juga merupakan lanjutan tema gembala dalam Yohanes 10. Tampaknya tidak ada perbedaan real antara tiga perintah Yesus Gembalakan Domba-domba Ku (ayat 15,16,17). Dan Fungsi Yahwe sebagai Gembala dalam Yeheskiel 34 di jelaskan melalui Yesus Gembala dalam Yohanes 10 kepada Petrus Gembala dalam Yohanes 21. Disini Penting bagi kita untuk memperhatikan bagaimana Peranan Petrus sebagai gembala di kaitkan dengan kasih.
Ayat 15-17, Dalam babak di tepi danau ini, Yesus membawa Petrus melalui suatu pengalaman yang akan menyingkirkan awan penyangkalannya. Petrus telah tiga kali menyangkal Yesus. Dan Tiga kali Yesus menanyai Petrus apakah dia mengasihi-Nya. Yesus menanyai Petrus tiga kali, Pertama. Apakah Engkau Mengasihi, disini digunakan kasih Agape (kasih yang rela mengorbankan diri) Aku lebih dari mereka ini? Kali Kedua, Yesus tetap fokus kepada Petrus dan tetap menggunakan kata Kasih dalam Bahasa Yunani Agape. Kali Ketiga, Yesus Menggunakan kata Yunani Phileo (Kasih Sayang, kasih Persaudaraan) dan apakah Engkau memang Sahabat-Ku? Dan setiap kali Petrus menjawab dengan kasih Phileo. Ketika Petrus menjawab Ya, Yesus menyuruhnya dia menggembalakan domba-domba-Nya. Pada bagian ini Kehidupan Petrus berubah ketika dia akhirnya menyadari siapa Yesus. Pekerjaannya berganti dari nelayan menjadi penginjil, ciri khasnya berubah dari yang tidak sabar menjadi batu karang yang penyabar dan hubungan dengan Yesus berubah dimana Petrus di ampuni, dan akhirnya ia memahami makna perkataan Yesus mengenai kematian dan kebangkitannya.
Ayat 18-19, Ini adalah nubuat tentang kematian Petrus dengan cara penyaliban. Cerita tradisi mengatakan bahwa Petrus disalibkan karena imannya dengan kepala dibawah karena dia merasa tidak layak untuk mati seperti Tuhannya. Bagaimanapun Pengalaman Petrus pada masa lalu menuju masa depannya bersama Yesus menyuruhnya untuk mengikut Dia. Belajar dari Yesus yang Menginspirasi Nelson Mandela untuk tidak membalas kejahatan dengan kejahatan, tetapi membalasnya dengan Kasih yang mengampuni adalah cara untuk menyembuhkan luka batin antara yang melakukan dan yang terluka. Perjumpaan Petrus dan Yesus adalah perjumpaan yang mengubah dari kurang mengasihi, menjadi mengasihi, dari Nelayan menjadi penginjil adalah sebuah ujian yang sesungguhnya untuk bersedia melayani Yesus. Petrus sudah bertobat dan Yesus meminta untuk menyerahkan hidupnya sebagai Penjala manusia bukan menjadi penjala ikan. Yesus menyuruh Petrus untuk mengikuti-Nya dengan tidak merasa takut terhadap masa depannya. Kita juga tentu merasa takut terhadap masa depan kita. Tetapi jika kita mengetahui bahwa Allah yang memegang kendali kehidupan kita, maka kita tidak takut untuk mengikuti Kristus.
Untuk Informasi lainnya yang terdapat di dalam buletin, Silahkan download file pdf yang link-nya tersedia di bawah :