BERKAT HIKMAT

BERKAT HIKMAT

Khotbah BP Sinode GKITP

Amsal 3:1-26
Saudaraku yang dikasihi Tuhan,

Tujuan kitab Amsal seperti yang ditegaskan dalam Amsal 1:2-7, untuk memberi hikmat dan pengertian mengenai pola hidup bijaksana, berpegang pada kebenaran, jujur, adil dan tulus, sehingga ada bekal bagi mereka yang belum berpengalaman. Lalu bagaimana pengamsal menulis kitab ini dan mempersembahkannya pada para pembaca di segala zaman? Pada dasarnya Pengamsal adalah pengamat kehidupan. Ia mengamati kehidupan praktis sehari-hari. Ia tidak mulai dari teori yang tinggi-tinggi namun dari cara hidup orang setiap hari. Ia menemukan ada yang tidak bijaksana dalam hidup. Mereka hidup, tapi penuh dengan sikap sia-sia yang nantinya akan berujung pada kesia- siaan. Untuk memperoleh hidup yang penuh makna maka orang harus memiliki hikmat yang bersumber dari Tuhan. Berikut catatan renungan dari Amsal 3:1-26

Ayat 1 Hai anakku, janganlah engkau melupakan ajaranku, dan biarlah hatimu memelihara perintahku. Bagian ini dimulai dengan seruan kepada anak untuk memperhatikan ajaran dan perintah bapanya. Kita telah membicarakan pentingnya ajaran dan perintah bapa . Apa yang menjadi sumber ajaran maupun perintah bapa? Apakah berbeda dari hukum yang ada pada "Pentateuk"? Anggapan kita bahwa ajaran maupun perintah yang bapa inginkan supaya anak menaatinya berasal dari pengajaran orang tua yang bergantung pada hukum pentateuk. Hukum-hukum ini tidak boleh dilupakan, dalam arti lain mengingatnya, dan mengingat segala sesuatu dari PL berarti lebih dari pada sekedar ingatan secara sadar. Mengingat, atau tidak melupakan berarti juga menaati. Ketaatan anak lebih dari masalah yang dangkal seperti pada ayat di atas kolom kedua, di mana di hatinyalah berdiri inti kepribadiannya yang melindungi perintah. Melindungi berarti mengamati perintah-perintah yang telah tertanam dalam hati anak.

Ayat 2 karena panjang umur dan lanjut usia serta sejahtera akan ditambahkannya kepadamu. Motivasi atas ketaatan dapat dalam bentuk upah/hadiah. Menaati perintah akan menyebabkan umur yang panjang. Perintah-perintah tersebut adalah bagian kecil pedoman hidup yang sehat. Semua hal akan seimbang, bagi orang-orang yang mengikuti jalan hidup Tuhan seperti yang diajarkan oleh bapa yang bijak akan hidup lebih lama daripada orang-orang yang berlagak mengikutinya. Namun hal ini lebih dari sekedar umur panjang yang diperlihatkan di sini. Hidup yang panjang dengan penuh penderitaan atau perjuangan bukanlah sesuatu hal yang menjadi upah. Bapa menambahkan kualifikasi bahwa hidup yang panjang dari anak yang taat akan dicirikan dengan "damai". Damai berarti lebih dari sekadar ketiadaan perjuangan; tetapi menunjuk kepada keadaan hidup yang berharga dan penuh arti.

Ayat : 3 Janganlah kiranya kasih dan setia meninggalkan engkau! Kalungkanlah itu pada lehermu, tuliskanlah itu pada loh hatimu,Ayat ini merujuk kepada peringatan. Bapa terus menuntut untuk hidup dengan kasih dan setia. Ia meminta anak mengikat kasih dan setia pada lehernya dan menuliskannya pada loh hatinya. Mungkin pada leher disebutkan di sini karena ketidaktaatan dapat digambarkan sebagai leher yang keras. Loh hati adalah ungkapan hukum yang menunjuk kepada internalisasi perintah Tuhan dalam hidup, jadi bukan hanya tindakan namun juga motivasi yang suci.

Ayat : 4 maka engkau akan mendapat kasih dan penghargaan dalam pandangan Allah serta manusia. Ayat ini dapat dimengerti sebagai konsekuensi ketaatan. Sebagai upah ketaatan, Tuhan dan manusia akan menghormati orang yang mendapat kasih dan penghargaan. Orang-orang tersebut akan dihormati dan dicari atas hikmat mereka.

Ayat : 5-6 Percayalah kepada TUHAN dengan segenap hatimu, dan janganlah bersandar kepada pengertianmu sendiri. Akuilah Dia dalamsegala lakumu, maka Ia akan meluruskan jalanmu. Lagi-lagi bapa memperingatkan anak untuk percaya kepada TUHAN. Percaya kepada TUHAN menyatakan bahwa orang tidak akan mempercayai kemampuannya sendiri. Orang yang memiliki pengertian yang kurang akan terbuka terhadap kekuatan dan hikmat Tuhan, yaitu panduan hidup yang lebih baik. Jika orang tahu Tuhan ada dalam jalannya, orang itu akan tentunya adalah orang yang benar, dan Ia akan menjaga orang itu agar tetap di jalan yang lurus.

Ayat : 7 Janganlah engkau menganggap dirimu sendiri bijak, takutlah akan TUHAN dan jauhilah kejahatan; Dengan kata lain anak tidak diperbolehkan bergantung pada pengertiannya sendiri. Jika ia berpikir bahwa ia bijak, maka ia akan mencoba melakukan segala hal dengan dengan kemampuannya sendiri, yang mana tidak akan cukup. Kebalikan dari hal itu adalah takut akan Tuhan yang akan mengembalikan anak pada pandangan yang benar dan secara alami akan menjauhi kejahatan.

Ayat : 8 itulah yang akan menyembuhkan tubuhmu dan menyegarkan tulang- tulangmu.Jika orang-orang takut akan Tuhan, menghindari kejahatan, dan tidak menganggap diri bijak, maka mereka akan disembuhkan dan disegarkan. Namun ini bukanlah janji tetapi adalah kebenaran, segala sesuatu saling menyeimbangkan. Hal ini akan menciptakan dorongan untuk melakukan hal yang benar.

Ayat : 9 Muliakanlah TUHAN dengan hartamu dan dengan hasil pertama dari segala penghasilanmu,Orang dapat menunjukkan bahwa mereka mempunyai kelakuan yang benar terhadap TUHAN, dalam mempercayai dan takut kepada-Nya, jika mereka bersedia memberikan bagian dari kekayaan mereka.

Ayat : 10 maka lumbung-lumbungmu akan diisi penuh sampai melimpah-limpah, dan bejana pemerahanmu akan meluap dengan air buah anggurnya. Akibat dari menaati peringatan pada ayat 9 akan membuahkan upah pada ayat 10. Kita harus mencatat bahwa proses bertambahnya kekayaan tidaklah secara eksplisit, namun kita harus menyadari bahwa Tuhanlah di belakang kelimpahan itu.

Ayat : 11 Hai anakku, janganlah engkau menolak didikan TUHAN, dan janganlah engkau bosan akan peringatan-Nya.Bapa mengakhiri dengan peringatan terakhir untuk tidak menolak peringatan TUHAN. Orang bijak ingin memperbaiki pikiran dan tindakan mereka yang salah, hanya orangbodoh yang menolaknya. Di sini bapa bertindak sebagai orang bijak dan menyampaikan didikan Tuhan.

Ayat : 12 Karena TUHAN memberi ajaran kepada yang dikasihi-Nya, seperti seorang ayah kepada anak yang disayangi.

Amsal 8:11 Karena hikmat lebih berharga daripada permata, apapun yang diinginkan orang, tidak dapat menyamainya. Itu sebabnya pada saat Tuhan bertanya kepada Salomo perihal apa yang Salomo kehendaki untuk Tuhan berikan kepadanya, maka respon dari pada Salomo di dalam 1 raja-raja 3, Salomo tidak meminta umur panjang, juga tidak mengharapkan takhta dan kejayaan/popularitas/reputasi yang luar biasa

Demikianlah, selaku orang percaya kita dipanggil untuk memiliki kehidupan berhikmat. Dengan hikmat Tuhan kita akan selalu menghargai dan mengisi kehidupan ini dengan hal-hal yang baik. Apalagi kita sadari kehidupan ini hanya sementara. Karena hanya sementara maka hargailah itu dengan takut akan Tuhan dan selalu menjadi berkat bagi orang lain. Bukankah ini juga yang dilakukan Tuhan Yesus bagi kita. Ia menyelamatkan kita dengan darah-Nya, supaya kita menghargai keselamatan yang dianugerahkannya melalui hidup yang menyenangkan Tuhan dan sesama. Dan secara bersamaan, saat kita menjalani hidup yang demikian maka kebahagiaan, kesejahteraan, keberkatan itu akan secara konkrit pula kita alami sekarang, dan esok, kini dan disini, di tengah hidup berumah tangga, bergereja dan bermasyarakat. Amin

Untuk Informasi lainnya yang terdapat di dalam buletin, Silahkan download file pdf yang link-nya tersedia di bawah ini
GKI Martin Luther

Memang dahulu kamu adalah kegelapan, tetapi sekarang kamu adalah terang di dalam Tuhan. Sebab itu hiduplah sebagai anak-anak terang

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama