Khotbah BP Sinode GKITP
Kidung Agung 4:1-15Saudaraku yang dikasihi Tuhan,
Hari minggu 6 Agustus adalah hari ke-218, minggu ke-32 dalam tahun 2023 yang telah mendorong seluruh pelayanan GKI mencapai aspek pembaruan pada level ke-3 pada triwulan ke-3, yaitu fokus pelayanan Pembaharuan GKI pada Triwulan ketiga Juli- Agustus-September 2023 “Pembaruan Tuhan Pencipta atas alam semesta ciptaan-Nya”, di mulai dengan memahami “indahnya ikatan cinta dari cinta Agung Tuhan” sebagaimana Kidung Agung 4 : 1 – 16.
Gary Chapman mengeluarkan buku yang terkenal itu, “The 5 Love Languages”, yang salah satunya adalah “words of affirmation”, namun hal ini sudah dibicarakan Kitab Suci sejak jauh-jauh hari sebelumnya. Bagian yang kita baca ini, jangan dimengerti sebagai kalimat rayuan gombal, yang tidak tulus, omong kosong, dsb. – bukan seperti itu; ini perkataan yang tulus, ini suatu pengakuan (acknowledgement). Bukan kebetulan cinta menghinggapi manusia. Tuhanlah yang menciptakannya. Perintah pertama dan utama-Nya adalah agar manusia mencintai-Nya dengan segenap hati, jiwa, dan kekuatan. Kidung Agung adalah kitab yang paling gamblang mengekspresikan cinta, karena memang ditulis sebagai syair-syair cinta Raja Salomo. Kitab ini adalah salah satu tulisan suci yang dibacakan pada hari raya Paskah umat Yahudi. Para penafsir sepakat bahwa kitab ini memberikan model seksualitas yang sehat sebagaimana rancangan Tuhan, yaitu hubungan antara laki-laki dan perempuan (bukan antara sesama jenis), dan dinikmati dalam ikatan pernikahan yang kudus.
Kidung Agung 4:1-15 adalah rayuan sang raja yang ditujukan untuk menaklukan hati dari yang di rayu. Dan meskipun sang raja turut ‘di bantu’ oleh para permaisuri dan para selirnya, yakni puteri-puteri Yerusalem penghuni harem untuk membujuk dia, ternyata si gadis Sunem tetap tegar. Cinta dan kesetiaanya kepada kekasihnya sang penggembala domba tidak pernah berubah. Meski kitab ini secara unik mengangkat hubungan kasih dalam pernikahan, ada banyak hal yang dapat direnungkan dalam konteks hubungan cinta personal kita dengan Tuhan. Misalnya yang kita baca hari ini. Betapa kita terpesona melihat cinta yang berkobar hebat di antara kedua mempelai.
Ayat 1-7, mengisahkan semua puteri Sion di panggil keluar untuk melihat kehebatan kedatangannya dan Salomo memuji pengantinnya dengan puisi. Salomo memandang gadis itu sebagai wanita yang sempurna, cantik sekali, manis, tanpa cacat cela. Sosok dan keindahan dari yang terkasih membayang ke mana pun pergi (ayat 2-3, 7-8, 9-10,12-14).
Ayat 8-15, menceritakan Salomo yang memanggil pengantinnya untuk ikut dan tinggal bersama dia. Dia memanggilnya untuk menikmati kasih yang sempurna. Dia memanggilnya untuk masuk ke dalam kebunnya, tempat mata air, bunga, buah dan rempah, serta tempat angin sepoi bertiup segar. Waktu-waktu bersama begitu menggairahkan dan begitu dinanti.
Pernahkah cinta kita kepada Tuhan berkobar sedemikian hebat? Pikirkan saja waktu-waktu teduh kita. Apakah dilalui dengan gairah dan kerinduan untuk bertemu Tuhan? Ataukah itu rutinitas yang ingin kita lewati dengan cepat saja? Apakah keindahan pribadi dan karya Tuhan adalah hal-hal yang senang kita renungkan ketika menjalani hari-hari kita, ataukah kita terlalu sibuk untuk memikirkan Tuhan? Diiringi syukur atas cinta yang Tuhan karuniakan dalam relasi kita dengan orang-orang terkasih, mari memeriksa temperatur cinta kita kepada Tuhan.
Untuk Informasi lainnya yang terdapat di dalam buletin, Silahkan download file pdf yang link-nya tersedia di bawah ini