PEMBARUAN DIMULAI DARI KELUARGA
Khotbah BP Sinode GKITP
KOLOSE 3:18 – 4:6Saudara-Ku yang di kasihi Tuhan,
Minggu 1 Oktober 2023 adalah hari ke-274, minggu ke-40 dalam tahun 2023, minggu awal triwulan 4 atau triwulan terakhir dalam pengembangan pelayanan ibadah-ibadah di lingkup GKI di Tanah Papua. Fokus tahun 2023 adalah “pembaruan” dengan arah pembaruan pada triwulan ke empat adalah pembaruan Tuhan bagi GKI agar melalui pembaruan yang Tuhan karuniakan atau anugerahkan bagi GKI, menjadikan GKI pada fase ini dibangkitkan oleh karunia dan anugerah Tuhan untuk menjadi berkat bagi bangsa - bangsa, firman Tuhan yang mendasarinya adalah Kolose 3 : 18 -4 : 6 bahwa keluarga adalah dasar memulai pembaruan. Pembaruan pada minggu ke-40 dimulai dari relasi harmonis yang dibangun dari keluarga, isteri, suami, anak-anak, atau Bapa, Mama dan seisi keluarga, masing- masing status dalam keluarga dapat mewujudkan tindakan, perbuatan “dengan segenap hati” di lingkup keluarga inti. Bila kualitas keluarga inti dalam menerapkan kasih yang dengan sepenuh hati itu, dan hidup dengan begitu hebat dan indah, maka setiap pribadi keluarga inti menerapkan-nya keluar, ke rana publik, entah di tempat kerja, sekolah, tetangga dan lainnya, dan teks kita memberikan suatu kualitas anutan yang dicapai seseorang akan berdampak untuk membuat atau menjadikan lingkup lain mencapai secara kualitatif pula.
Ayat 18-23 pesan kepada 5 anggota keluarga inti untuk melakukan perbuatan dengan segenap hati oleh : Anggota keluarga yang pertama “Isteri-isteri” : tunduklah (hupotassesthe) kepada suami sebagaimana seharusnya kepada Tuhan (ay 18) Anggota keluarga yang kedua “Suami-suami” : kasihilah (agapate) artinya menunjukkan kasih, mengasihi, menyukai isteri-mu, janganlah “berlaku kasar” (pikraineste) artinya bersikap membenci, berlaku kasar, menjadikan pahit – (ay 19) Anggota keluarga yang ketiga “Anak-anak” : taatilah (hupakouete – hupakouo) artinya menaati, membuka (misalnya membuka pintu) orang tuamu dalam segala hal, karena itulah yang indah (euareston – euarestos) artinya yang menyenangkan, yang disenangi, yang memuaskan di dalam Tuhan (ay 20) Anggota keluarga yang ke-empat “Bapa-Bapa” : janganlah “sakiti hati” (erethizete – erethizo) artinya menyakiti hati, mengorbankan semangat anak-mu, supaya jangan “tawar hatinya” (athumosin – athumeo = menjadi tawar hati) – (ay 21) Anggota keluarga yang kelima “hamba-hamba” orang lain yang ada karena diupah, dst : “taatilah” (hupakouete – hupakouo) tuanmu…dengan “tulus hati” (haploteti kardias) artinya dengan keikhlasan, kemurahan) – (ay 22) Perbuatlah (ergazesthe – ergazomai) artinya bekerja, kerjakanlah, berbuat, perbuatlah dengan “segenap hatimu” (psukhes – psukhe) artinya dengan senang hati, jiwa, hidup, hati seperti kepada “Tuhan” (Kurios = Tuhan)
Ayat 24 – 25 Tuan dan Hamba Kristus adalah tuan (kurio Khristo) dan kamu “hamba-Nya” (doulouete – douleuo = menjadi hamba, mengabdi). Tuhan memandang orang. 4:1 – 6 kehidupan tuan yang patut
Siapapun yang menjadi tuan, kaidah dan perilaku hidup tuan sudah digariskan demikian, antara lain : Berlaku adil (dikaion–dikaios) artinya dengan adil, selayaknya, sebagaimana mestinya – dengan benar ; dan berlakukan jujur (isoteta – isotes) artinya dengan keseimbangan, keadilan (4:1) Bertekun dalam doa (proseukhe proskartereite) artinya bertekun dalam doa di tempat doa, mendampingi berdoa, melayani disamping saat berdoa, menyediakan waktu doa, memakai banyak waktu berdoa (4:2) Mengucap syukur (eucharistia ) artinya terima kasih, pengucapan syukur (4:2) Berdoa (proseukhomenoi – proseikhomai) artinya berdoa, mendoakan Pemberita Injil (4:3) Hidup penuh dengan hikmat (Sophia peripateite) artinya hidup dalam hikmat, hidup dalam ilmu, hidup dalam kepandaian (4:5) Pergunakanlah waktu yang ada (ekzagorazo) artinya ada waktu yang perlu tebus atau digunakan. Memakai waktu maksimal (4:5) Kata-kata penuh kasih (khariti) artinya anugerah, pemberian, kemurahan hati, senang. Keramahan, syukur, pahala, faedah. (ay 6)
Kerinduan setiap keluarga untuk mencapai kualitas perilaku hidup standar seperti yang dijumpai dalam teks ini merupakan kerinduan semua keluarga Kristiani di lingkungan pelayanan GKI di Tanah Papua. Karena itu pada bagian penerapan diberikan fokus pesan untuk kembali memperhatikan pesan sebagaimana ayat 18- 22, agar diatas dasar pesan Firman Tuhan ini GKI dan warganya dipakai Tuhan menjadi berkat bagi bangsa - bangsa. Pesan dimaksud, antara lain : pertama: “Isteri-isteri” yang bijaksana adalah isteri yang tunduk (hupotassesthe) kepada suami sebagaimana seharusnya kepada Tuhan dengan segenap hati (ay.18) kedua “Suami-suami” yang bijaksana adalah yang mengasihi isteri dengan segenap hati–(ay 19) ketiga “Anak-anak” yang bijaksana adalah anak-anak yang mentaati orang tua dalam segala hal. Mentaati orang tua adalah menyenangkan dan menjadi model perilaku yang indah dari anak-anak sehingga anak-anak Kristiani memuaskan semakin di segani, disenangi di dalam Tuhan (ay 20) ke-empat “Bapa-Bapa” yang bijaksana adalah tidak membuat anak-anak terluka dan sakit hati, tidak mengorbankan semangat anak-anak. melainkan mengobarkannya, anak tidak boleh dibuat tawar hati)–(ay 21) kelima “hamba-hamba” yang bijaksana adalah tulus ikhlas, penuh keramahan dan kemurahan hati untuk mentaati sesama yaitu tuannya–(ay 22)
Untuk Informasi lainnya yang terdapat di dalam buletin, Silahkan download file pdf yang link-nya tersedia di bawah ini