Pilihan Hidup Beriman Yang Bertanggung Jawab

PILIHAN HIDUP BERIMAN YANG BERTANGGUNG JAWAB

Khotbah BP Sinode GKITP

LUKAS 16:1-9

Saudaraku yang dikasihi Tuhan,

Di dalam kehidupan orang beriman salah satu hal penting yaitu harus memberikan pilihan hidup yang tepat, yaitu hidup yang bertanggung jawab. Setiap orang beriman harus menyadari bahwa ada tanggung jawab yang diberikan oleh Tuhan yaitu supaya mempergunakan hidupnya ataupun milik kepunyaannya (hartanya) untuk melakukan pemberitaan injil Kristus di tengah - tengah dunia ini. Di dalam keterkaitannya dengan tujuan utama dari injil Lukas yang menyatakan Yesus sebagai anak manusia maka injil Lukas menggambarkan bagaimana manusia Yesus itu bertindak di dalam pekerjaan pelayanannya yang bertujuan agar orang - orang berdosa juga diselamatkan. Seperti alamat Injil Lukas yaitu kepada seorang kafir yang bernama Theofilus masuk Kristen karena pemberitaan Injil Yesus Kristus.

Ada hal menarik di dalam perumpamaan Yesus di dalam teks Injil Lukas 16:1-9 yang memberikan suatu pengajaran iman untuk belajar dari seorang bendahara yang tidak jujur. Tentu para murid Yesus sebagai tujuan utama dari pengajaran perumpamaan ini, namun kita juga sebagai orang percaya masa kini akan merasa aneh mengapa Yesus menggunakan contoh sikap etika seseorang yang negatif yang tidak memiliki kejujuran, yang sebenarnya sebagai murid ataupun orang percaya tidak boleh ditiru. Tapi mesti dipahami bahwa Yesus juga di dalam perumpamaan-Nya yang menggunakan figur yang dianggap kelakuannya tidak Etis dan seharusnya tidak perlu ditiru, seperti Hakim yang tak benar (Lukas 18:1- 8). Namun sesungguhnya di dalam teks Injil Lukas 16:1-9 tentang perumpamaan Yesus yang khusus ditujukan kepada para murid-Nya ada dua pokok pengajaran, yaitu:

Ayat 1-7 Hidup beriman yang bertanggung jawab. Bila memahami ayat 1- 7 dari teks Lukas 16 ini ada hal menarik yang Yesus hendak ajarkan kepada para murid-Nya yaitu sikap hidup bertanggung jawab dan memiliki pikiran yang matang tentang apa yang akan terjadi di masa depan. Pada ayat 1 Yesus menceritakan bahwa ada seorang kaya yang memiliki bendahara yang dituduh menghamburkan uang majikannya.

Lalu pada ayat 2 di kisahkan bagaimana Bendahara itu di panggil untuk mempertanggung jawabkan perbuatannya dan ia dipecat. Namun di sini ada hal yang menarik yang ditunjukkan pada ayat 3 bahwa bendahara itu berpikir di dalam hati bahwa ia tidak memiliki keahlian apapun selain hanya menjadi bendahara. Ia berpikir punya keahlian mencangkul, dan bila mengemis pasti malu. Iya berpikir bahwa hanya ada satu cara supaya ia bisa memiliki hari esok yang baik dan ada diantara orang yang berhutang bisa menampungnya ketika ia dipecat yaitu dengan cara memanggil semua orang yang pernah berhutang pada tuannya, yaitu ia menanyakan berapa hutang mereka (ayat 4-5), orang pertama berhutang 100 tempayan minyak, ia memberi surat hutang kepada orang tersebut, namun ia menyuruh menurunkan hutang orang tersebut menjadi 50 tempayan saja (ayat 6). Dan untuk orang kedua yang berhutang seratus pikul gandum, diberi surat hutang namun dipotong 20 pikul gandum, sehingga orang tersebut hanya menulis disurat hutangnya adalah 80 pikul gandum. Ini hal yang menarik karena bendahara ini membuat suatu strategi bahwa di dalam keadaan ketika ia sudah tidak menjabat seorang bendahara lagi. Yesus sangat menolak nilai ketidakjujuran, namun hal penting yang diberikan dari sikap bendahara ini adalah ada sikap bertanggung jawab untuk hidupnya sendiri, dan ia memiliki pemikiran strategi tentang masa depannya. Teks ini memberi petunjuk dari Yesus bahwa orang percaya atau para murid- Nya harus memiliki sikap hidup bertanggung jawab. Selain itu ayat 1-7 ini juga menunjukkan suatu sikap Yesus bahwa ia tidak menyatakan bahwa memperoleh uang atau kekayaan itu sesuatu yang salah. Tidak ada yang salah. Menjadi murid Yesus harus sadar bahwa uang atau kekayaan itu dapat menolong pekabaran Injil. Namun hal yang penting adalah harus dipergunakan secara bertanggung jawab, pelayanan yang dilakukan orang percaya juga harus dipertanggung jawabkan, dan harus bersikap strategis untuk pelayanan di masa depan.

Ayat 8-9 Kehidupan Orang Beriman harus memberikan pilihan. Pada bagian ini ada hal yang menarik yang dikatakan di dalam perumpamaan ini (ayat8a) bahwa tuannya memuji bendahara yang tidak jujur sebagai orang cerdik karena berpikir strategis untuk masa depannya. Di dalam mengakhiri perumpamaan ini Yesus pada ayat 8b memberikan suatu pernyataan atau statemen bahwa ternyata anak - anak dunia, di dalam hal ini bukan para murid Yesus atau orang percaya jauh lebih cerdik di dalam melihat masa depannya dibanding dengan anak - anak terang. Pernyataan Yesus ini memberikan suatu dorongan bagi para murid- Nya atau orang beriman supaya harus memberikan pilihan yang strategis di dalam pelayanan dan tidak boleh kurang cerdik dari anak - anak dunia/orang yang tidak percaya Yesus. Itulah mengapa Yesus pada ayat-9 memberikan penegasan kepada para murid-Nya bahwa: Ikatlah persahabatan dengan mempergunakan Mamon yang tidak jujur, supaya jika Mamon itu tidak dapat menolong lagi, kamu diterima di dalam kemah abadi." Melalui penegasan Yesus ini menyatakan bahwa kadang Mamon atau harta benda/kekayaan yang dibayangkan sebagai oknum yang jahat (band Matius 6:24) itu dapat dipergunakan untuk pelayanan pekabaran injil. Namun ada waktu uang atau harta kekayaan itu tidak lagi dibutuhkan karena itu bukan tujuan suatu pelayanan injil Kristus.

Melalui teks perumpamaan di dalam Lukas 16:1-9 menolong orang percaya masa kini untuk memiliki pilihan hidup beriman yang bertanggung jawab.

Pilihan itu seperti apa? Seperti pesan Yesus di dalam perumpamaan kepada para murid- Nya bahwa sebagai seorang beriman harus memilih berpikiran cerdik atau pandai tapi berhikmat. Artinya cerdik di dalam menjalani hidup, tahu apa yang akan terjadi di masa depan dan memiliki kemampuan untuk menjawab tantangan yang akan datang dengan tepat atau strategis. Seperti bendahara tersebut maka orang percaya tidak boleh hanya pasrah dengan keadaan lalu menyatakan bahwa ah itu sudah jadi nasib kalau tidak berhasil, gagal di dalam hidup, pekerjaan amburadul, hidup rumah tangga tidak harmonis, pelayanan di jemaat statis atau tidak mengalami persoalan lalu duduk diam dan menerima sebagai suatu bagian dari nasib. Ini pemikiran yang keliru, ada hikmat Tuhan yaitu memiliki kesanggupan untuk dapat memecahkan persoalan hidup dan masa depan. Seperti sikap bendahara yang tidak pasrah dengan nasib, namun dia mencari jalan keluar yang strategis untuk masa depannya.

Mengapa karena uang atau harta kekayaan bila dipergunakan secara baik untuk menolong orang yang membutuhkan, pelayanan kemanusiaan atau pekabaran injil, maka akan bernilai positif seperti pada ayat 9 katakan. Namun hal yang mesti dipahami hidup orang percaya tidak boleh sepenuhnya bergantung pada kekuatan mamon sehingga menjadi buta dan memiliki nafsu hanya mengejar mamon seperti banyak contoh kita dapati banyak orang yang berambisi memperoleh uang atau harta kekayaan namun tidak memiliki kebahagiaan bahkan berubah menjadi jahat dan menyebabkan banyak orang menderita. Hal yang Tuhan Yesus inginkan adalah uang itu berguna bagi pelayanan, namun tidak sepenuh pelayanan pekabaran injil bergantung pada uang. Sebab hal yang pokok adalah keselamatan yang berasal dari Tuhan itu sendiri yang lebih utama bagi kehidupan orang percaya. Maka hal yang paling penting bagi orang percaya adalah berilah pilihan iman yang bertanggung jawab seperti yang Yesus kehendaki

Untuk Informasi lainnya yang terdapat di dalam buletin, Silahkan download file pdf yang link-nya tersedia di bawah ini
GKI Martin Luther

Memang dahulu kamu adalah kegelapan, tetapi sekarang kamu adalah terang di dalam Tuhan. Sebab itu hiduplah sebagai anak-anak terang

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama