KRISTUS RAJA YANG ADIL, JAYA DAN LEMAH LEMBUT
Khotbah BP Sinode GKITP
Zakharia 9:9-10
Khotbah BP Sinode GKITP
Saudara-Ku yang dikasihi Tuhan,
Kata Raja menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah sebutan penguasa tertinggi di kerajaan atau orang yang besar kekuasaannya, orang sangat berpengaruh dalam lingkungannya. Karena itu, seorang raja sudah pasti berada di singgasana kerajaan yang mewah, megah serta lengkap dengan pengawalan dan penjagaan yang ketat oleh pengawal-nya. Dalam melakukan perjalanan, seorang raja pasti menggunakan kereta kerajaan yang disiapkan secara khusus juga mewah atau pun seorang raja akan menunggang seekor kuda yang gagah perkasa. Hal ini sangat kontras atau bertolak belakang dengan kehadiran atau kedatangan seorang raja yang disampaikan dalam kitab Zakharia, .
Zakharia adalah putra Berekhya seorang cucu Ido (1 : 1). Dalam Nehemia 12:4 Ido, sang kakek Zakharia disebutkan sebagai seorang imam, maka dapat disimpulkan bahwa Zakharia adalah seorang imam sekaligus seorang nabi. Pelayanan Zakharia sezaman dengan nabi Hagai. Dalam pelayanannya, Zakharia menyerukan pertobatan kepada orang yang telah pulang dari pembuangan. Ia mengingatkan bahwa nenek moyang mereka telah menolak Firman Tuhan yang disampaikan oleh para nabi sehingga akhirnya mereka di hukum. Karena itu, seharusnya jangan terulang kembali pada generasi yang kembali dari pembuangan sekalipun sangat disadari bahwa setelah kembali dari pembuangan. Sudah tentu, mereka telah memiliki pengalaman hidup tentang bagaimana kehadiran dan kepemimpinan seorang raja sebelum mereka di taklukan oleh para penguasa lain. Nubuat ini tidak hanya bermaksud untuk memberi motivasi atau semangat baru kepada mereka tetapi juga hendak mengajarkan mereka bahwa dalam segala keadaan mereka, Allah itu tetap peduli dan mengasihi mereka. Nubuat ini berisikan suatu ajakan untuk bersukacita/bersukaria dengan menegaskan “Bersorak-soraklah dengan nyaring, bersorak-sorai”. Sorak-sorai adalah suatu suasana atau keadaan yang penuh dengan kegembiraan/sukacita bukan kesedihan atau kedukaan. Mengapa diajak untuk bersorak-sorai atau bersukacita?. Alasannya karena kedatangan seorang Raja. Dituliskan “Lihat, rajamu datang kepadamu “. Ungkapan “rajamu datang kepadamu” hendak menegaskan bahwa kedatangan sang raja bukan karena suatu permintaan atau bukan karena suatu kunjungan yang dilakukan tetapi kedatangan sang raja itu adalah merupakan kehendak atau inisiatif dari raja itu sendiri. Raja yang datang itu, “ia adil dan jaya, ia lemah-lembut dan mengendarai seekor Keledai, seekor keledai beban yang muda”. Ungkapan ini menjelaskan bahwa sang raja itu bukan datang dengan kemegahan, keperkasaan, kemewahan dan kekuatan perang sebagaimana para raja yang lain, tetapi justru sang raja ini datang dengan mengendarai seekor keledai yang muda. Raja yang akan datang ini adalah raja yang memerintah dengan adil, dalam arti sang raja menyatakan dan menegakkan keadilan tetapi juga sungguh- sungguh memperhatikan kaum yang miskin, juga sang raja melindungi dan menyelamatkan umat-Nya serta rendah hati bukan memanfaatkan atau mengorbankan atau menyusahkan orang lain hanya demi kepentingan, kekuasaan dan kejayaannya.
Sang Raja memerintah bukan dengan kekerasan, bukan juga mengandalkan kekuatan dan kecanggihan alat perang tetapi memerintah dengan kasih atau lemah-lembut. Karakter seorang pemimpin yang memimpin dengan adil, jaya dan lemah – lembut, adalah karakter seorang pemimpin yang langka pada era sekarang ini, sebab pemimpin yang demikianlah, yang justru dicari dan dirindukan banyak orang dalam kehidupan dunia sekarang ini. Karakter sang raja seperti yang dituliskan pada Zakharia 9 : 9-10 ini, patut diteladani oleh para pemimpin di era sekarang ini.
Ayat 10 mengungkapkan tujuan kedatangan sang Raja adalah “ia akan memberitakan damai kepada bangsa-bangsa” dan wilayah kekuasaan sang raja adalah sampai ke ujung-ujung bumi. Kata memberitakan tidaklah berarti hanya menyampaikan kabar atau berita tentang damai tetapi sekaligus juga sebagai pembawa damai atau menyatakan damai itu dalam kehidupan ini. Karena ia menyatakan dan memberitakan damai, maka ia adalah pemilik dan sumber damai. Nubuat Zakharia ini digenapi dengan oleh Yesus Kristus ketika Ia mengendarai keledai memasuki kota Yeru-salem dan banyak orang menyambut-Nya sambil mengelu-elukan-Nya (Matius 21:1-5)
- Allah selalu peduli dan datang menjumpai umat-Nya dalam berbagai situasi dan keadaan hidup manusia. Karena itu dalam semua situasi dan keadaan hidup, seharusnya kita tetap bersukacita dan bersyukur kepada- Nya.
- Tugas orang percaya dalam kehidupan ini adalah sebagai pembawa damai. Sebagai pembawa damai, kita harus lebih dahulu hidup di dalam dan mengalami damai itu.
- Adil, jaya dan lemah-lembut sudahkah menjadi gaya hidup setiap orang percaya dalam melakukan tugas pelayanan dan kesaksiannya di tengah kehidupan dunia selama ini?. Jika belum maka, perayaan minggu Advent ke – 3 ini menjadi kesempatan untuk kita mengevaluasi seluruh kehidupan dan tugas tanggung jawab kita di hadapan-Nya agar menjadi lebih baik di waktu mendatang.
Untuk Informasi lainnya yang terdapat di dalam buletin, Silahkan download file pdf yang link-nya tersedia di bawah ini